Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Dorodjatun
Kunttjoro-Jakti, mengatakan, mencuatnya permasalahan-permasalahan klaim
wilayah laut dan pulau-pulau kecil di sepanjang pantai Samudra Pasifik,
mulai dari Laut China Selatan sampai dengan Kepulauan Sakhlin di utara,
membuat Indonesia arus siap akan terseret di dalam konflik-konflik
tersebut.
Menurutnya, potensi konflik ini makin membesar dengan
ditetapkannya strategi pertahanan “Second Island Chain” oleh China dan
dilaksanakannya pembangunan basis militer AS di Darwin, berbarengan
dengan dialihkannya kekuatan militer Australia ke wilayah utara dan
barat Australia.
Hal itu disampaikan Dorodjatun dalam Orasi
Ilmiah “Memposisikan Masalah Jangka Sangat-Panjang dari Pertahanan dan
Keamanan Wilayah Maritim” pada acara Wisuda Pascasarjana Universitas
Pertahanan Indonesia di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat
(7/9).
Menurut Dorodjatun, jika dibandingkan potensi konflik di
wilayah Asia Pasifik tersebut, rencana Minimum Essential Forces (MEF)
atau kekuatan pokok minimum 2024 dari Indonesia sungguh-sungguh sangat
minimal.
Oleh karena itu, harus lebih diperhatikan agar yang
sudah minimal ini dilaksanakan dengan konsisten, dan sesuai dengan sifat
pertahanan dari sebuah wilayah kepulauan yang demikian luas, yang mudah
terancam dari segenap penjuru.
Dikatakannya, politik luar negeri
Indonesia yang “bebas dan aktif” tidak dijamin akan dihormati oleh
negara-negara besar di kedua samudra, apabila terjadi konflik di antara
mereka.
Generasi setelah Pemilu 2014 Indonesia harus terus
memikirkan hal ini, sambil terus melakukan upaya pembangunan kapasitas
pertahanan yang kredibel ke masa depan yang jauh.
Dorodjatun juga
mengatakan, masalah pertahanan setiap negara pada dasarnya dan dilihat
secara sederhana demi analisa merupakan persiapan “Response Time”
apabila berhadapan dengan ancaman, gangguan, bahaya yang datang dari
luar yang bersumber pada “domain” yang mana pun.
Tentu Response
Time ini sangat kuat terkait kepada “Size of territory”. Hal ini
merupakan sumber masalah besar yang sulit bagi sebuah negara seluas
Indonesia, dengan penduduk sejumlah nomor empat di dunia sampai sekitar
tahun 20140 yang akan datang.
Menurut Dorodjatun, Indonesia juga
harus memperhatikan keperluan membangun militer yang berkemampuan
bertugas MOOTWA (Military Operations Other Than War), baik dilingkungan
Indonesia sendiri maupun di ASEAN sampai dengan bertugas sebagai Pasukan
Perdamaian PBB. (jurnas)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Jumat, 07 September 2012
Indonesia Harus Siap Hadapi Konflik Asia-Pasifik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Ambisi Besar Sang Jenius Mantan Presiden RI BJ Habibie berencana menghidupkan kembali pesawat N250 yang sempat dipensiunkan oleh Pemerintah...
-
Dalam pidato perdananya sebagai Presiden, Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi berulang kali menegaskan visi pemerintahannya lima tahun ke d...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta menggunakan senapan serbu AK-47. Diketahui anggota Kopassus ini baru saja berlatih di Gunung ...
-
Ketua Komisi Satu DPR Mahfudz Siddiq menyatakan, tawaran 10 unit kapal selam dari Rusia kepada Indonesia, merupakan hal menarik dan perlu di...
-
Hacker Indonesia berhasil mematikan situs http://asis.gov.au hingga status 404 Not Found. Sasaran berikutnya adalah situs http://asio.gov.au...
-
Ketua Payuguban Pelaku Pertempuran Lima Hari di Semarang Soedijono (90) mengaku kecewa pada banyaknya kasus korupsi di negeri ini. ...
-
Siapa yang tidak kenal dengan Rafale? Pemerhati dunia militer, khususnya dunia aviasi militer pastilah mengenal sosok pesawat tempur andalan...
-
Mungkin belum banyak yang tahu kalau ada sebuah perjanjian maha penting yang dibuat Presiden I RI Ir Soekarno dan Presiden ke 35 AS John F...
-
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Marsetio mengatakan segera mengirim tim teknis ke Rusia untuk memastikan Indonesia akan memb...


Kita melihat kedalam NKRI siapa teman dan siapa lawan sulit kita ketahui. Utk itu harus disusun kembali barisan kita, shg kedepan kita tdk salah arah yaitu landasan idiologi negara kita yg sdh ada dan tujuan negara kita. Shg kita melihat keluar bisa jernih dan dg berpedoman pd semangat non blok
BalasHapus