Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan pada Rabu (4/6/2014) bahwa ia berharap dapat membentuk pakta-pakta keamanan dan intelijen dengan Indonesia di tengah upaya untuk memperbaiki hubungan yang tercoreng akibat dugaan-dugaan memata-matai.
Abbott, yang dijadwalkan bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada hari Rabu, mengakui ada gangguan dalam hubungan yang sangat penting tersebut.
Hubungan kedua negara jatuh ke titik terendah pada November lalu, menyusul laporan-laporan bahwa mata-mata Australia mencoba menyadap telepon Presiden Yudhoyono dan lingkaran dekatnya.
Pemerintah Jakarta mengatakan "tidak habis pikir" dengan tindakan itu dan menarik duta besar dari Canberra, yang baru saja dikirim kembali bulan lalu, sambil menghentikan sementara kerja sama di beberapa bidang.
Abbott mengatakan, ia bertekad mengembalikan hubungan ke jalurnya dalam pertemuan dengan Presiden Yudhoyono di Batam.
"Ada beberapa gangguan dalam hubungan dengan Indonesia selama sekitar sembilan bulan terakhir," ujarnya. Ia menambahkan bahwa beberapa kesulitan sudah ada sejak sebelum ia menjabat.
"Saya mengajukan penyelesaiannya hari ini."
Pada puncak terbukanya aktivitas spionase yang melukai hubungan kedua negara, Presiden Yudhoyono mengatakan, harus ada tata perilaku untuk mengatur tindakan.
Abbott mengatakan, ia yakin hal itu akan terjadi.
"Diskusi-diskusi dengan Presiden Yudhoyono akan mencakup hal yang luas, dan saya berharap dalam waktu dekat kita akan memiliki nota kesepahaman mengenai keamanan dan intelijen," ujarnya.
"Saya kira penting untuk memiliki nota tersebut antara Australia dan Indonesia karena kita memiliki kepentingan intelijen dan keamanan yang sama."
Ia mengatakan, nota itu tidak hanya tentang pemberantasan penyelundupan manusia, tetapi juga "memerangi penyebaran terorisme jihadist," di tengah keprihatinan mengenai kembalinya orang-orang yang bertarung di Suriah setelah melalui proses radikalisme dan militerisme.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan pada Selasa bahwa pemerintah menunggu respons Australia mengenai tata perilaku.
"Sangat sederhana, tidak rumit. Pada dasarnya, nota itu menyatakan bahwa dua negara berkomitmen untuk tidak melakukan aktivitas-aktivitas pengintaian yang ilegal."
Pertemuan di Batam terjadi satu hari setelah Pemerintah Indonesia mengakui bahwa para wartawan telah diizinkan mendengarkan pembicaraan telepon antara Presiden Yudhoyono dan Abbott pada bulan lalu, yang bertujuan memperbaiki hubungan, yang ternyata melanggar protokol.
Pemerintah di Jakarta mengatakan bahwa itu suatu kesalahan, sementara Abbott tidak mempersoalkan insiden itu. (Kompas)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 05 Juni 2014
Australia Ingin Bentuk Pakta Keamanan dan Intelijen dengan Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
"Bangkitnya Teknologi Nuklir Indonesia" Tahun ini di bawah Dirut baru Dr.Ir.Yudiutomo Imardjoko, BatanTek tidak hanya bisa ...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
Banyak orang yang menunggu kapan pesawat R-80 yang merupakan pengembangan dari pesawat N250 buatan Bacharudin Jusuf Habibie, atau yang lebih...
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Indonesia tidak akan lagi membeli jet tempur Sukhoi dari Rusia, fokus kedepan hanya untuk F-16 dari AS, Marsekal Eris Herryanto mengatakan k...
-
Secara resmi Perang Dingin antara Amerika Serikat (AS) dengan Uni Sovyet - kini Rusia, sudah berakhir dua dekade lalu. Perang dua kekuatan...
-
Perancis menawarkan pembuatan pesawat tempur Rafale di Malaysia, jika negara Jiran itu mau memilih Rafale sebagai pesawat tempur baru mereka...
-
PT Dirgantara Indonesia menyatakan siap membuat tiga unit pesawat angkut CN-295 pada 2014. Tiga unit itu merupakan pesawat ketujuh, kedelapa...
jangan pernah lagi bekerja sama dalam hal demikian diatas dengan negara-PENIPU,
BalasHapus