BUMN pembuat pesawat terbang, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung, kembali bangkit dari keterpurukan di masa lalu. PT DI kini mulai mendapat banyak pesanan di dalam dan luar negeri, termasuk produk terbarunya CN295 kerjasama dengan Airbus Military.
Bagaimana peran pemerintah khususnya kementerian perindustrian? Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi di kementerian perindustrian ada batasan pemerintah untuk mendukung industri di dalam negeri. Pemerintah hanya sebatas mendorong promosi dan memberikan keringanan terhadap fiskal seperti penghapusan bea masuk dan lainnya.
Budi menuturkan pemerintah tak bisa membantu atau memberikan subsidi kegiatan produksi, termasuk untuk industri pesawat terbang khususnya PT DI.
"Kalau 2 tahun ini kita roadshow ke daerah-daerah terus memasarkan kita ngeluarin duit. Kan kita nggak boleh subsidi produksi, aturan APBN kan gitu. Tapi kita bantu pemasarannya. Jadi saya promosikan, sama-sama PT DI juga. Jadi kita promosiin bantu, kita regulator untuk importasi komponen itu kita bantu," kata Budi di kantor Kementerian Perindustrian, Rabu (5/6/2013)
Ia menuturkan, selama ini masih banyak komponen pesawat terbang yang harus diimpor. Keringanan bea masuk bisa membantu industri pesawat terbang di dalam negeri.
"Kan si pesawat itu komponennya banyak yang impor, kita fasilitasi itu kita buat regulasinya mana yang kena bea masuk mana yang nggak. Lalu setelah jadi itu maintenance pesawat kita bikin regulasinya itu ada permintaan dari asosiasi maintenance service. Ada juga yang bea masuk kita biayai ada. Kita kan regulator," katanya. (Detik)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 06 Juni 2013
Pemerintah Tak Boleh Subsidi Produksi Pesawat Terbang PT. Dirgantara Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Indonesia tidak akan lagi membeli jet tempur Sukhoi dari Rusia, fokus kedepan hanya untuk F-16 dari AS, Marsekal Eris Herryanto mengatakan k...
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
Kejujuran 11 prajurit Kopassus mengakui kesalahan, menembak empat tahanan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan Sleman, Yogyakarta, mendat...
-
Vietnam baru saja kehilangan salah satu pahlawan perangnya, Jenderal Vo Nguyen Giap. Ratusan ribu orang mengantar kepergian Vo Nguyen Giap, ...
-
Ambisi Besar Sang Jenius Mantan Presiden RI BJ Habibie berencana menghidupkan kembali pesawat N250 yang sempat dipensiunkan oleh Pemerintah...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Mayor Agus Harimurti Yudhoyono Brigif Linud 17 Kostrad mendapatkan penghormatan, menjadi pasukan AD pertama yang menggunakan Ba...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
PENEKANAN GAYA IMF VERSI 2
BalasHapusPT DI HARUS MATI, BEGITU PESAN DARI LUAR
kok jd bingung...trus yg boleh disubsidi itu program seperti apa???? pembangunan pabrik perusahaan asing di indonesiakah??? atau untuk BBM yg 70%nya dipakai untuk mobil/orang kaya??? pembangunan gedung baru DPR+pemasangan AC-nya?
BalasHapus