Model Klewang Class yang baru ditampilkan oleh Saab di DSA 2014 di Kuala Lumpur. Sumber: IHS Ridzwan Rahmat |
Laksamana Marsetio, Kepala Staf TNI-AL, dikonfirmasi dalam sebuah wawancara dengan IHS Jane’s di markas besar TNI Cilangkap, Jakarta Timur, pada 14 Agustus.
Program trimaran diam-diam ditangguhkan setelah kelas pertama KRI kelewang terbakar dan rusak parah diperbaiki di Angkatan Laut pelabuhan di Banyuwangi, Jawa Timur, minggu setelah peluncuran resmi pada 31 Agustus 2012. Ketika Kapal tersebut masih menjalani uji coba. Tidak ada korban dalam insiden tersebut tapi Kementerian Pertahanan Indonesia kemudian menangguhkan program tersebut tanpa batas waktu, untuk penyelidikan lebih lanjut penyebab kebakaran.
Pemerintah Indonesia telah menerbitkan hasil material hull yang baru menurut IHS Jane’s, yang digambarkan oleh Saab sebagai “nanocomposite compound” yang lebih kuat dan lebih siluman, dipilih sebagian untuk mengurangi dampak bencana kebakaran yang serupa yang akan datang di masa depan.
Selain keempat kapal pesanan tersebut, Laksamana Marsetio juga mengatakan bahwa angkatan laut mungkin mempertimbangkan lebih banyak kapal siluman ini di masa depan apabila memperoleh hasil kualitas yang bagus. “Kita bisa memesan kapal siluman ini sebanyak 6 kapal sampai dengan 20 kapal sampai tahun 2024″, katanya. “Jumlah akan tergantung pada faktor-faktor seperti biaya akuisisi dan juga melihat kemampuan dari pembuat kapal, tetapi untuk sekarang kita sedang memesan dulu empat kapal trimaran dulu.”
Peter Carlqvist, kepala Saab Indonesia, dikonfirmasi untuk IHS Jane pada tanggal 15 Agustus tentang jumlah kapal yang akan dibangun, mengindikasikan bahwa kontrak sementara ini ditetapkan untuk satu kapal dulu . “Kami sangat berharap bahwa kontrak tiga kapal lainnya akan diharapkan segara tercapai “, kata Carlqvist, yang menambahkan bahwa Saab sekarang kontraktor utama untuk program tersebut dan telah menerima pembiayaan penuh dari pemerintah Swedia untuk memenuhi pesanan untuk empat vessels. Namun kapal saat ini sedang dibangun diproduksi dalam kerjasama dengan pembuat kapal Indonesia PT Lundin dengan fasilitas di Banyuwangi, Jawa Timur.
Fitur 63 m klewang class dengan konsep trimaran yang memungkinkan kapal untuk memotong gelombang dan menggabungkan stealth fitur desain seperti mengurangi akustik, inframerah dan magnetik. Kapal patroli ini didorong oleh empat MJP 550 water jets dan dapat mencapai pelayaran dan dengan kecepatan 16 kt dan max 35 kt.
Kapal siluman ini akan dipersenjatai dengan empat rudal permukaan-ke-permukaan RBS15 Mk3 dengan aktif radar homing hingga 200 km dan fitur Saab’s new Sea Giraffe 1X 3D compact radar, yang akan dipasang lebih tinggi pada tiang kapal itu untuk meningkatkan jangkauannya. Senjata dan radar kapal itu adalah Saab’s 9LV Mk4 series untuk sistem manajemen (CMS), yang menggabungkan the company’s CEROS 200 air defence fire-control director.
Carlqvist juga menyediakan desain update, yang meliputi integrasi Bofors 40 Mk4 (BAE Systems 40 mm Mk4) naval gun di bawah stealth cupola dan a Saab electronic support measure (ESM) system yang dapat mencegat dan mengidentifikasi posisi sinyal ponsel dan panggilan radio.
“Ini akan sangat berguna untuk melawan pembajakan illegal fishing, dimana untuk misi ini sinyal telepon dapat digunakan sebagai target locator”, kata Carlqvist.
Ketika ditanya opininya kemungkinan TNI-AL akan mengoperasikan hingga 20 kapal sejenis , Carlqvist mengatakan bahwa angka tersebut sangat wajar mengingat bahwa Angkatan Laut Indonesia memiliki rencana untuk meningkatkan armada kapal perang dan patroli hingga 200 kapal samapi tahun 2024. “Beberapa dari jumlah kapal terebut kemungkinan termasuk klewang class yang sesuai dengan wilayah perairan Indonesia”, katanya.
Kapal Klewang class pertama diharapkan untuk masuk Beroperasi pada tahun 2016. (Janes | JKGR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar