Upaya mewujudkan kemandirian dalam
pemenuhan kebutuhan alat peralatan pertahanan dan keamanan (alpalhankam)
dengan menumbuhkan industri pertahanan dalam negeri terus dilakukan.
Keberadaan
UU Nomor 16/2012 tentang Industri Pertahanan diyakini telah membawa
pengaruh besar terhadap kebangkitan industri pertahanan di Tanah Air.
Kepala
Divisi Perencanaan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Said
Didu mengungkapkan, saat ini kemampuan industri pertahanan dalam negeri
memang masih kalah dibandingkan luar negeri. Jika dibuat skala 0-10,
maka dirinya memberikan nilai rata-rata industri pertahanan 5.
“Amerika Serikat itu 10, Rusia juga 10, Korea Selatan 8,” katanya di Jakarta, Minggu (17/8/2014).
Dia
menuturkan, nilai akan semakin tinggi jika industri pertahanan mampu
melakukan hal baru. Misalnya, untuk PT Dirgantara Indonesia bisa
memproduksi pesawat tempur, PT PAL bisa menghasilkan kapal selam, dan PT
Pindad bisa membuat senjata kaliber besar.
“Kendala kita ada di
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia. Kalau ini benar-benar
disiapkan, 10-15 tahun lagi kita bisa,” tuturnya.
Saat ini, kata
Said, banyak produsen pertahanan luar negeri yang tertarik untuk bekerja
sama dengan industri pertahanan dalam negeri. Beberapa contoh yang
telah melakukan kerja sama yaitu Airbus Military, dan perusahaan
propelan dari Prancis.
“Dampak UU ini, industri pertahanan asing berebut untuk masuk,” beber dia.
Dia
menambahkan, dalam UU Industri Pertahan tersebut telah mewajibkan untuk
pengadaan alpalhankam semua harus berasal dari dalam negeri, kecuali
yang belum bisa diproduksi di dalam negeri.
Jika harus impor,
maka harus memenuhi sejumlah persyaratan antara lain 85 persen nilai
pengadaan harus bisa kembali ke dalam negeri dan dari 85 persen itu, 35
persen di antaranya berupa kandungan lokal dan offset yang bisa
dimanfaatkan bagi pengembangan industri pertahanan dalam negeri. (Sindo)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Senin, 18 Agustus 2014
Industri Pertahanan Asing Berebut Masuk Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
AH-64E Apache Untuk Indonesia merupakan tipe terbaru walau bukan tercanggih (AH-64D Longbow sebagaimana dimiliki Angkatan Darat Singapura) ...
-
Kejutan menyenangkan datang di akhir tahun 2013 ini. Sejumlah pengadaan alutsista yang termaktub dalam MEF terus berlangsung, bahkan di perc...
-
Mantan Presiden dan Menristek BJ Habibie angkat bicara soal rencana pengembangan bersama jet tempur canggih antara Indonesia dan Korea Selat...
-
Densus 88 menerima pelatihan, dukungan perbekalan dan operasional yang luas dari Kepolisian Federal Australia. Namun muncul bukti yang sema...
-
6 Polwan cantik yang merupakan presenter NTMC POLRI, Rabu (2/3) pagi mengikuti kegiatan latihan menembak yang berlangsung di Lapangan Tembak...
-
Ekspedisi Belanda tiba di Nusantara pada 1596. Kapal-kapal Belanda menyusul, hingga terbentuk The Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). ...
-
BANDUNG – Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M Nasir ingin ada percepatan proyek pembuatan pesawat terbang N219...
-
Mayor Agus Harimurti Yudhoyono Brigif Linud 17 Kostrad mendapatkan penghormatan, menjadi pasukan AD pertama yang menggunakan Ba...
-
Kapal perang Australia memasuki wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kembali terjadi sejak pertengahan Desember silam di mana t...
-
Hasil raker Komisi I dengan Menhan dan Panglima TNI membahas Perubahan APBN 2013 dan RAPBN 2014 yang dilakukan secara tertutup, Senin (10/6/...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar