Indonesia sebagai negara kepulauan yang banyak berbatasan dengan negara tetangga, perlu menjalin kerjasama bilateral maupun multilateral khususnya dalam bidang militer agar keamanan kawasan tetap terjaga. Hal ini disebabkan wilayah perairan Indonesia memiliki potensi kerawanan terhadap berbagai bentuk dan jenis ancaman melalui laut. Salah satu ancaman yang paling berbahaya di laut adalah bahaya ranjau, terutama jika terjadi pada jalur-jalur strategis yang berhubungan dengan Alur Pelayaran Internasional.
Salah satu kerja sama bilateral tersebut adalah latihan tentang bahaya ranjau yang digelar antara TNI AL dan Republic of Singapura Navy (RSN) pada tanggal 1 hingga 8 Juli 2013 di Changi Naval Base dan Perairan timur Pulau Bintan dengan sandi Joint Minex 16/2013. Satuan Kapal Ranjau (Satran) Koarmatim yang mempunyai kemampuan dalam menyelenggarakan peperangan ranjau turut serta dan berperan aktif dalam Latma bilateral Joint Minex 16/2013 ini.
Latihan dibuka oleh Commander Maritime Security Task Force (MSTF) Rear Admiral (RADM) Harris Chan dan dihadiri oleh delegasi angkatan laut Indonesia dan Singapura di Changi Naval Base (CNB).
Latihan Joint Minex 16/2013 ini melibatkan 3 KRI dari TNI AL yaitu KRI Pulau Rengat-711, KRI Pulau Rupat-712 dari Satran Koarmatim dan KRI Pulau Rangsang-727 dari Koarmabar. Sedangkan dari pihak AL Singapura melibatkan 2 kapal perangnya yaitu RSS Bedok (M-105) dan RSS Punggol (M-108).
Joint Minex 16/2013 ini bertujuan untuk memperkuat hubungan dan meningkatkan kerja sama, interoperabilitas serta pemahaman antara TNI AL dan RSN khususnya mengenai peperangan ranjau serta pertukaran informasi tentang kemampuan dan perkembangan teknologi dari masing-masing negara sekaligus sebagai wadah untuk menguji doktrin Taktik Peperangan Ranjau (TPR) dan peranjauan serta kemampuan alat utama (Alut), peralatan dan personel Satran Koarmatim dan Koarmabar secara terintegrasi untuk mendapatkan kemampuan peperangan ranjau yang optimal.
.Dalam latihan ini peserta latihan mendapatkan cakrawala baru tentang kemampuan dan peralatan peperangan ranjau yang dimiliki oleh masing-masing negara serta kesempatan praktek melaksanakan kerjasama taktis perlawanan ranjau yang meliputi kegiatan : Exploratory Hunting, Clearance Hunting, Mineshape Recovery (Diving ops) , MDC Firing antar dua negara melalui manuver lapangan. (Dispenarmatim).
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 25 Juli 2013
AL Indonesia dan Singapura Latihan Peperangan Ranjau Laut
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
"Bangkitnya Teknologi Nuklir Indonesia" Tahun ini di bawah Dirut baru Dr.Ir.Yudiutomo Imardjoko, BatanTek tidak hanya bisa ...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
Banyak orang yang menunggu kapan pesawat R-80 yang merupakan pengembangan dari pesawat N250 buatan Bacharudin Jusuf Habibie, atau yang lebih...
-
Indonesia tidak akan lagi membeli jet tempur Sukhoi dari Rusia, fokus kedepan hanya untuk F-16 dari AS, Marsekal Eris Herryanto mengatakan k...
-
Kejujuran 11 prajurit Kopassus mengakui kesalahan, menembak empat tahanan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan Sleman, Yogyakarta, mendat...
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Secara resmi Perang Dingin antara Amerika Serikat (AS) dengan Uni Sovyet - kini Rusia, sudah berakhir dua dekade lalu. Perang dua kekuatan...
-
Perancis menawarkan pembuatan pesawat tempur Rafale di Malaysia, jika negara Jiran itu mau memilih Rafale sebagai pesawat tempur baru mereka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar