Meski terkesan mudah di usianya yang muda sudah mendapatkan jabatan yang prestisius, bukan berarti dara manis ini mendapatkannya dengan mulus begitu saja. Usai lulus dari SMA Negeri 6 Kota Semarang jurusan IPA, perjalanan karier Dhayita diawali dengan mengenyam pendidikan di Akademi Kepolisian (Akpol) lulus tahun 2012.
"Memang, di usia muda adalah usia di mana masa-masa ingin menikmati kebahagiaan dan kesenangan hidup. Namun, sejak masuk ke Akpol karena sebagai taruna kita sudah diberikan pendidikan dengan konsekuensi bahwa masa muda kita akan dihabiskan dengan pengabdian dan kedisiplinan tinggi. Maka saya menyadari seluruh konsekuensi tersebut," ungkapnya, Rabu (14/10) kemarin.
Menjabat sebagai Kapolsek Candisari, Kota Semarang, menjadikan kebanggaan tersendiri baginya. Banyak tantangan yang bakal dihadapinya, terutama berkomunikasi dengan bawahan yang berusia lebih senior.
Iptu Dhayita ternyata punya cara tersendiri agar bawahannya yang sebanyak 30 anggota bisa tunduk. Apakah langkah yang digunakannya?
Bersikap tegas menjadi kunci penting selama menjabat Kapolsek Candisari.
"Sopan, tegas dan bijaksana. Dengan modal dan model komunikasi tersebut saya yakin beberapa anggota saya yang jauh lebih tua dan lebih lama pengabdiannya di Polri akan menghormati arahan dan petunjuk yang saya berikan," katanya.
Sebagai anggota Polri, Iptu Dhayita sangat menyadari bahwa keberhasilan seorang pimpinan berkat kinerja yang jujur, tanggung jawab dari para anggotanya. Bukan semata-mata dari dirinya saja.
"Saya menyadari tanpa adanya anggota di lapangan Polsek Candisari yang saya pimpin tidak akan berhasil dalam melayani, mengabdi dan mengayomi masyarakat sekitar yang merupakan fungsi dan tugas pokok sebagai lembaga Polri," ungkapnya.
Selain itu, gadis kelahiran 24 Desember 1991 ini berharap model komunikasi dirinya dengan bawahannya melalui pendekatan hati dan kebijaksanaan akan menghindari kesan menjadi pemimpin di lembaga Polri yang arogan.
"Paling tidak dengan mengedepankan kebijaksanaan dan kearifan dan sopan santun. Saling ngajeni (menghormati) dan bisa berkomunikasi dari hati ke hati, maka saya bisa menghindari watak atau sikap sebagai seorang pemimpin yang arogan," ujar perempuan dengan hobi traveling, naik gunung dan olahraga Tae Kwon Do ini.
Harapannya, dengan model komunikasi dan memimpin, kinerja bawahannya bisa berjalan dengan baik. "Paling tidak tercipta suasana ketertiban, keamanan. Yang utama adalah keamanan masyarakat di Polsek Candisari bisa terwujud dan tercipta. Aman, nyaman, tentram dan damai tujuan utamanya di masyarakat," ujarnya.
Bagaimana perjalanan karir dara manis ini bisa menduduki posisi Kapolsek?
Keberhasilannya menjabat sebagai Kapolsek selain berkat kerja keras, tak luput pula dikarenakan semangat dan doa dari orangtua dan sang kekasih. Berkat motivasi dan dorongan mereka, dirinya siap mengemban tugas meski masih tergolong masih usia muda.
"Motivasi dan dorongan dari orang tua dan teman dekat pria saya yang menjadikan saya bersemangat untuk menjadi seorang Polwan yang diawali masuk di Akademi Kepolisian (Akpol). Lembaga yang penuh kedisiplinan dan siap mengemban tanggung jawab yang besar," ungkapnya.
Keluarga Iptu Dhayita bisa dikatakan memang dekat dengan pendidikan. Dia dilahirkan dari ayah seorang Pegawai Negara Sipil (PNS) Dinas Pariwisata Pemprov Jawa Tengah, Ir Purboyo Paminggir Baroto, dan ibu merupakan dosen pengajar di Fakultas MIPA Undip Kota Semarang, Dra Riche Hariyati.
"Orangtua saya yang mengarahkan, mendidik dan menjadikan saya seperti ini. Sehingga saya sangat bangga, bisa membahagiakan keduanya dengan bekerja penuh tanggung jawab dan integritas yang tinggi," ucapnya.
Selain peran orang tua, ada sosok pria yang dicintaiIptu Dhayita sejak duduk di bangku SMP. Siapakah pria beruntung ini?
Tak kalah pentingnya, kata dia, dorongan motivasi serta pengertian yang besar dari kekasihnya, yaitu Chandra Yusuf. Kekasihnya merupakan seorang pengusaha kuliner di Kota Semarang yang sudah dekat dengan dirinya sejak duduk di bangku SMP Negeri 1 Kota Semarang.
Menurut dia, kekasihnya itu penuh kesabaran menerima serta mengerti akan tugas berat yang diembannya sebagai Kapolsek Candisari, Kota Semarang.
"Sebagai Kapolsek, saya sering bertugas hingga larut malam. Kondisi kerja saya inilah yang bisa diterimanya dengan ketulusan dan penuh pengertian oleh orang tua dan pria terdekat saya itu," paparnya.
Iptu Dhayita punya impian setinggi langit. Dia bercita-cita punya pangkat Jendral, benarkah?
Selain ingin berdidekasi penuh terhadap amanat yang dipercayakan kepadanya, dia juga memiliki mimpi besar yang ingin ia raih di masa mendatang, yaitu dia ingin suatu saat nanti mampu mendapatkan pangkat Jenderal.
"Harapan dan keinginan saya, saya ingin menjadi Polwan dengan pangkat Jenderal di lingkungan Polri. Apalagi negara kita memberikan kesempatan yang sama baik kaum perempuan maupun laki-laki untuk menjadi pemimpin," harapnya.
Diakuinya, jumlah Polwan yang menduduki jabatan strategis di institusi Polri masih sangat minim. Dalam pandangannya, meski saat ini institusi Polri sudah membuka lebar kesempatan bagi perempuan untuk duduk di jajaran strategis, kenyataannya belum banyak yang memanfaatkannya.
"Saat ini Polwan berpangkat Jenderal di lingkungan Polri masih bisa dihitung dengan jari. Makanya saya sangat ingin sekali menjadi Polwan berpangkat Jenderal," ucapnya.
Iptu Dhayita berjanji memanfaatkan kesempatan dan peluang yang diberikan negara dan Polri untuk meniti karirnya lebih tinggi. Sehingga harapan dan cita-citanya menjadi Jenderal Polwan bisa terwujud.
"Dengan kesempatan dan kepercayaan yang saya emban saat ini sebagai Kapolsek saya ingin membuktikan bahwa perempuan terutama Polwan bisa jadi Jenderal," tutupnya. (Merdeka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar