Penggunaan seragam loreng di Korps Brimob Polri mendapat kritikan dari banyak pihak.
Pihak Polri pun angkat bicara soal seragam loreng yang ramai dipergunjingkan usai perayaan HUT ke-69 Korps Brimob RI di Markas Brimob Kepala Dua Depok, Jabar, Jumat (14/11/2014) lalu.
"Jangan kita lihat penggunaan seragam loreng itu jadi sesuatu yang bermasalah. Karena pengamat ada yang cari-cari kesalahan di balik penggunaan itu," tegas Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Ronny Frangky Sompie, Selasa (25/11/2014) di Mabes Polri.
Dijelaskan Ronny, penggunaan seragam loreng tersebut dikenakan sesuai dengan lokasi dan penugasan. "Di Indonesia ada hutan, polisi tidak selalu bekerja di perkotaan," kata Ronny.
Sebelumnya penggunaan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) bermotif loreng yang digunakan kembali di Korps Brimob Polri menulai kecaman dari Indonesia Police Watch (IPW).
Menurut Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, penggunaan seragam loreng akan membuat rancu untuk membedakan mana polisi dan mana tentara, terlebih di pedesaan.
Bahkan Neta juga menyampaikan, penggunaan seragam loreng menggambarkan kemunduran polisi sipil yang profesional menjadi polisi militeristik.
Pengadaan Seragam Loreng Brimob Pakai APBN
Penggunaan seragam loreng di Korps Brimob Polri berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Hal itu diutarakan oleh Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Ronny Frangky Sompie, Selasa (25/11/2014) di Mabes Polri.
"Pengadaan seragam tidak mungkin gunakan uang di luar APBN. Itu melalui pengajuan ke Asrena kemudian APBN yang ada," ujar Ronny.
Ronny melanjutkan, Polri juga bantu PBB sebagai polisi perdamaian dunia. Seragam yang digunakan sesuai warna padang pasir, dan itu dibiayai APBN.
"Sekarang bekerja di dalam negeri sendiri, setelah dikaji, demi penyamaran brimob untuk memudahkan ketika melakukan pengejaran di hutan," kata Ronny.
Lalu menyinggung kembalinya Brimob berseragam loreng menimbulkan kesan polisi berkarakter militer.
Ronny mencoba membandingkan dengan polisi di luar negeri yang menggunakan pakai loreng, dan itu sudah lama.
"Kita hanya 10 tahun terakhir tidak pakai karen lepas dari ABRI. Mau bilang apa soal polisi yang di luar negeri itu? Kita ini negara yang punya hutan. Kalo pakai warna yang tidak bisa menyamar, itu sama saja menyerahkan diri ke penjahat," ujar Ronny. (Tribun)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Rabu, 26 November 2014
Polri Tanggapi Kritikan Rencana Penggunaan Seragam Loreng Untuk Brimob
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Ambisi Besar Sang Jenius Mantan Presiden RI BJ Habibie berencana menghidupkan kembali pesawat N250 yang sempat dipensiunkan oleh Pemerintah...
-
Dalam pidato perdananya sebagai Presiden, Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi berulang kali menegaskan visi pemerintahannya lima tahun ke d...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta menggunakan senapan serbu AK-47. Diketahui anggota Kopassus ini baru saja berlatih di Gunung ...
-
Ketua Komisi Satu DPR Mahfudz Siddiq menyatakan, tawaran 10 unit kapal selam dari Rusia kepada Indonesia, merupakan hal menarik dan perlu di...
-
Hacker Indonesia berhasil mematikan situs http://asis.gov.au hingga status 404 Not Found. Sasaran berikutnya adalah situs http://asio.gov.au...
-
Ketua Payuguban Pelaku Pertempuran Lima Hari di Semarang Soedijono (90) mengaku kecewa pada banyaknya kasus korupsi di negeri ini. ...
-
Siapa yang tidak kenal dengan Rafale? Pemerhati dunia militer, khususnya dunia aviasi militer pastilah mengenal sosok pesawat tempur andalan...
-
Mungkin belum banyak yang tahu kalau ada sebuah perjanjian maha penting yang dibuat Presiden I RI Ir Soekarno dan Presiden ke 35 AS John F...
-
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Marsetio mengatakan segera mengirim tim teknis ke Rusia untuk memastikan Indonesia akan memb...

Tidak ada komentar:
Posting Komentar