Pengamat militer Rizal Dharma Putra mengatakan ada untung-rugi dalam rencana pemerintah membeli helikopter UH-60 Black Hawk dan Boeing CH-47 Chinook dari Amerika Serikat.
Dari sisi keuntungan, menurut dia, Indonesia memang sedang membutuhkan helikopter militer angkut semacam Black Hawk dan Chinook. Helikopter angkut ini bisa digunakan untuk misi non-perang seperti bantuan becana alam, pengungsi, dan lainnya.
"Mengingat wilayah Indonesia masih banyak yang terpencil dan minim landasan udara, jadi helikopter sangat diperlukan," kata Rizal saat dihubungi Tempo, Ahad, 20 April 2014. Namun, dia melanjutkan, Indonesia juga harus memperhatikan kerugian ketika membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari negeri Abang Sam.
Biasanya, kata Rizal, Amerika Serikat menjual alutsista dengan perjanjian yang kasat mata. Contohnya, Indonesia tidak boleh menggunakan alutsista dari Amerika Serikat untuk misi yang melanggar hak asasi manusia, TNI tak boleh menggunakan alutsista yang dijual Amerika Serikat untuk menyakiti atau menyerang warga negara Indonesia sendiri. "Termasuk tak boleh dijual ke negara lain tanpa izin dari Amerika Serikat," kata Rizal.
Ketentuan lainnya yang dianggap merugikan, menurut Rizal, Indonesia dilarang menggunakan alutsista produksi Amerika Serikat untuk menyerang negara-negara sekutunya seperti Australia dan Singapura. Jika pemerintah dan militer Indonesia melanggar, maka embargo suku cadang dan persediaan senjata akan dilakukan Amerika Serikat.
Indonesia pernah merasakan pahitnya embargo suku cadang dan stok senjata pesawat tempur F-16 pada berapa tahun lalu. Walhasil pesawat tersebut tak mampu terbang menjaga kedaulatan Tanah Air.
Kerugian lain, jika Indonesia membeli helikopter tersebut dalam kondisi bekas. Sebab sekali pun helikoper bekas tersebut sudah diperbaiki dan dimodifikasi, tetap saja jam terbangnya tak bisa lama. "Jadi pemerintah harus cermat memikirkannya." (Tempo)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Selasa, 22 April 2014
Untung-Rugi TNI AD Beli Helikopter Amerika Serikat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
-
Ketika Indonesia mulai serius membangun armada pesawat tempur Sukhoi, datanglah godaan dari Amerika Serikat yang menawarkan pesawat tempur ...
keledai!!!!!
BalasHapusyang pasti untung lah pembelian hellikopter hawk dan chinook, indonesia tidak usah takut embargo suku cadang alat dan bahan seperpat nya, rakyat indonesia sudah pinter untuk tegnologi dan juga sumber alam bahan dan alat alat modern sampai yang ter modern alhasil hanya ada di indonesia saja.
BalasHapuskalau suatu sa'at negara australia dan singapur bikin ulah, trz alutsista dari AS mau buat apa.. Kita ini beli, bukan pinjam. Jangan mau di dekte sama ASU secara halus..
BalasHapuspokok nya dari negara manapun harus beli, ntar indonesia mala tidak punya, punya juga jumlah sedikit tidak bisa di gunakan semaksimal. ayo buru an jangan nungguin harga turun.
BalasHapuskl semua pejabat negara kita otaknya ky tomihadia percayalah uda lama negara ancur, tau kenapa, karena bertindak tanpa mikir dl, maen beli2 aja mmg alutsista itu ky kacang goreng apa yah, beli tp gak mikir suku cadangnya, perawatanya, blm lg embel2 urusan diplomatiknya, haduh tomi2 mikirnya kok cetek amat yah...
BalasHapusbung freddy, tomihaida belum mengerti betul alutsista , jadi wajar klo coment nya seperti itu,,
Hapussebenarnya Utk sucad dari pihak barat ini lebih mudah di cari kalau kita di embargo , ketimbang sucad dari blok timur,
sucad dari blok barat banyak yang di jual di black market, seperti halnya pesawat tempur F5 indonesia
yang sucad nya sudah langka bahkan mungkin sudah tidak di produksi lagi, tp pihak TNI masih bisa mendapatkan nya dari black market.
contoh ke 2, waktu thn 1967 indonesia juga di embargo sama pihak unisoviet, saat itu KS whiskey class kita butuh suku cadang nya, dan tidak ada di black market. akhir nya KS kita di kanibalkan, yang tadinya ada 12 , sekarang yang tersisa cuma 1 unit yg terpajang di surabaya, KS pasopati.
memang utk saat ini sebenarnya yg dibutuh kan itu heli chinook, dibandingkan black hawk,
soal nya klo kapasitas angkut black hawk masih bisa diganti dgn MI 17. sedangkan kapasitas angkut chinook tidak ada yang menandinginya,
sucad = suku cadang
Bung andri cahyadi, kenapa harus UH-60 ya? Kenapa TNI AD tdk pakai cougar saja atau super puma? Helikopter yg masuk kelas medium dan punya nilai ekonomis tinggi karena pasti akan dirakit oleh PT. DI. Belum lagi kalau bicara soal resiko embargo dan masalah logistik lainnya.
HapusPembelian UH-60 dan CH-47 ini terkesan politis sekali. Bener gak? Kalo salah ya, maap. Tulung dibenerin. He3...
mungkin benar, mungkin juga tidak bung, roger, soalnya saya bukan org politik
Hapusheli cougar dan super puma di peruntukan TNI AU, karena kemampuan nya mencapai batas ketinggian tertentu yg tidak bisa di capai heli lainnya, TNI AD kadang mengunakan super puma juga utk oprasi mengejar OPM yg lari ke puncak2 gunung
tp tiap heli punya kemampuan sendiri2,
seperti halnya heli cougar yang tidak terlalu tahan cuaca yang panas, tp lebih cocok utk SAR dan VVIP karena kemampuan mendaki d ketinggian yg cukup tinggi dibanding heli lain nya.
black hawk, tahan banting memang, dari segala cuaca, tp masih kalah kemampuan mendaki nya dibandingkan caugar, dan kabin nya sedikit kecil, tp punya platform yang sangat kuat, pernah di tembak RPG, tp masih mampu terbang dan mendarat darurat menyelamatkan kru nya, bisa di persenjatai dgn ATGM sehingga menjadikan nya lebih gahar seperti Mi 35,
Mi 17 kabin lebih besar, lebih murah , hanya saja meliat platporm yang kurang kuat dibanding black hawk, tp utk mangangkut personil bisa melebihi kemampuan angkut black hawk. namun blum bisa di persenjatai ATGM (air to ground missile)
klo chinook. sebenar nya ini yang di butuhkan,, heli ini bisa mengangkut 2 mobil sekali gus, dan membawa banyak personil. saat ini belum ada heli lain yng mempunyai kemampuan angkut yang sama dengan heli chinook ini.
adu mas gak mungkin lah negri saya acur yang pasti akan membangun menambah mahkota nya.
BalasHapus