Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal TNI Budiman mengatakan, TNI AD berkomitmen untuk mandiri dalam teknologi pertahanan. Dengan kemandirian itu, risiko TNI AD untuk didikte kekuatan asing bisa dihindarkan.
"Kalau terus tergantung dengan (teknologi) asing, maka mudah diganggu, kita makin mudah dibelokkan. Untuk itu, kami harus kuasai teknologi militer," ujar Jenderal TNI Budiman di Mabes TNI AD, Jumat 16 Mei 2014.
Menurut Budiman, potensi penguasaan teknologi militer yang dimiliki Indonesia tergolong besar. Indonesia bisa mengoptimalkan teknologi komunikasi, siber, pengolahan intelijen, alat peralatan sampai satelit.
"Satelit pasti bisa disadap. Untuk itu perlu enkripsi. Kami Angkatan Darat tak gunakan satelit, hanya menggunakan OpenBTS, memang tak terlalu jauh sih, tak sampai 100 mil," ujarnya.
Untuk itu, Angkatan Darat berhati-hati dengan menggunakan nano satelit saja. Sedangkan Open BTS yang ada dimaksimalkan untuk mendukung pengawasan di kawasan perbatasan.
"Di perbatasan, kami juga pesan pesawat tak berawak (UAV) sehingga pengawasan kita lebih teknologi minded. Pengawasan kita mendekati advance," kata dia.
Lebih lanjut Budiman menegaskan, teknologi pertahanan yang dikembangkan kesatuannya itu menggunakan teknologi lokal. Soal arah kebijakan standar pengembangan teknologi, Budiman mengatakan TNI AD tak akan mengarah para negara tertentu.
"Soal teknologi informasi, kita nggak usah pilih blok. Kita ambil semuanya (blok manapun) yang terbaik, terus dikembangkan sehebat mungkin. Kita ambil ilmunya, nggak usah blok-blokan. Tapi kalau sudah kuasai teknolgi, kita harus bersikap," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Budiman menambahkan tantangan TNI AD ke depan yaitu pertempuran dengan berbasis teknologi informasi.
"Dalam jangka panjang, tetap dibutuhkan teknologi informasi. Belum lagi ancaman soft power yang mengintai kehidupan sosial, perbankan sampai PLN, dan sebagainya yang bisa diganggu dengan teknologi informasi," ujarnya.
Untuk itu, dia menilai kerjasama dengan para pakar teknologi informasi yang tergabung pada FTII ini dapat menjadi tambahan pertahanan menghadapi ancaman hard power dan soft power. Selain manfaat kekuatan pertahanan, kerjasama itu juga dipandang memudahkan visi TNI AD mandiri dalam teknologi.
"Kami buat Mou berpikir lebih jauh tentang kerjasama antara FTII dan TNI AD, kemandirian pertahanan bisa dicapai dalam waktu lebih cepat," kata Budiman. (VivaNews)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
-
Ketika Indonesia mulai serius membangun armada pesawat tempur Sukhoi, datanglah godaan dari Amerika Serikat yang menawarkan pesawat tempur ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar