Indonesia akan menambah anggaran pertahanannya hingga $20 miliar, atau sekitar Rp246 triliun pada 2019, untuk menjaga wilayahnya, termasuk Natuna di Laut China Selatan, yang berpotensi menjadi sengketa dengan China.
Demikian dikatakan penasihat Presiden Joko Widodo, Luhut Panjaitan, seperti dikutip dalam laporan Reuters, Rabu 10 Desember 2014. Namun, dia mengatakan bahwa Jakarta tidak berencana menggunakan kekuatan untuk menyelesaikan sengketa.
Indonesia juga akan terus mempromosikan dialog, dalam penyelesaian sengketa maritim antara Beijing dan rival-rival regionalnya. Walau begitu, menurutnya, penting untuk memperkuat militer Indonesia, demi melindungi kepentingan nasional.
Diantaranya Natuna, kawasan yang terdiri dari 157 pulau tidak berpenghuni, yang kaya dengan minyak, gas, dan ikan. Secara resmi, China dan Indonesia sepakat bahwa kepulauan Natuna merupakan bagian dari Provinsi Riau.
Tetapi, April lalu, militer Indonesia menuding China memasukkan Natuna dalam sembilan garis batas, yang digunakan dalam peta China untuk mengklaim hampir 90 persen wilayah Laut China Selatan, termasuk wilayah yang diklaim negara lain di Asia Tenggara.
"Tentang Natuna, kami sangat mengerti bahwa ini adalah wilayah Indonesia," kata Luhut. Eksplorasi gas yang dilakukan raksasa minyak Amerika Serikat Chevon, disebutnya sekaligus menandai keberadaan AS.
Itu, menurutnya, menjadi sinyal bagi China, untuk tidak berbuat sesuatu. Luhut mengatakan, Indonesia memiliki peran dalam menjaga keseimbangan kekuatan di Asia, dan berencana menambah anggaran pertahanan hingga 1,5 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Dia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi sekitar tujuh persen, sehingga pada 2019, anggaran pertahanan dapat mencapai $20 miliar per tahun. "Jika Anda melihat India dan Indonesia, Indonesia dapat memainkan peran untuk menyeimbangkan kekuatan," ujarnya.
Luhut mengatakan, pemerintah ingin memperkuat angkatan laut, untuk meningkatkan patroli laut, serta meningkatkan tiga skuadron C-130 menjadi lima. Dia menyebut, drone juga akan menjadi bagian penting dari strategi keamanan perbatasan Jokowi. (Vivanews)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Rabu, 10 Desember 2014
Indonesia Akan Tambah Anggaran Pertahanan di 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
"Bangkitnya Teknologi Nuklir Indonesia" Tahun ini di bawah Dirut baru Dr.Ir.Yudiutomo Imardjoko, BatanTek tidak hanya bisa ...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
Banyak orang yang menunggu kapan pesawat R-80 yang merupakan pengembangan dari pesawat N250 buatan Bacharudin Jusuf Habibie, atau yang lebih...
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Secara resmi Perang Dingin antara Amerika Serikat (AS) dengan Uni Sovyet - kini Rusia, sudah berakhir dua dekade lalu. Perang dua kekuatan...
-
Perancis menawarkan pembuatan pesawat tempur Rafale di Malaysia, jika negara Jiran itu mau memilih Rafale sebagai pesawat tempur baru mereka...
-
Komandan Satgas Indo FPC (Force Protection Company) XXVI D-2/UNIFIL, Mayor Inf Wimoko, didampingi seluruh staf Satgas menerima kedatangan T...
-
Mantan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Kerjasama Indonesia dan China, J. Stapleton Roy, menganggap Indonesia bisa jadi pemimpin dunia....
Lanjutkan min eh salah komandan :D
BalasHapus