Blarrrr...!! Blarrrr...!! Meriam 90mm Cockerill menyalak dahsyat bersahut-sahutan. Gema suaranya terdengar hingga kejauhan. Demikianlah suasana pelatihan penembakan senjata utama panser Tarantula yang dilaksanakan Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI-AD di kawasan Cipatat Bandung Jawa barat. Pelatihan ini sendiri melibatkan puluhan personel kavaleri dan 2 buah Panser Tarantula.
Layaknya pelatihan, puluhan amunisi juga disiapkan. Munisi yang digunakan untuk latihan adalah dari jenis HESH buatan Belgia. Satu persatu, calon awak Tarantula mencoba membidik sasaran lesan ukuran 4x4 meter yang diletakan sejauh 1 kilometer. Dari beberapa kali uji tembak, terlihat akurasi meriam Cockerill ini sangat baik. Beberapa tembakan mencetak skor bulls eye. Padahal, ini baru merupakan latihan pertama sehingga para awak belum terlalu terlatih. Selain itu, meriam cockerill MK-3 90mm LP ini cukup canggih. Ia dilengkapi dengan pengukur jarak laser serta penglihat malam. Namun, dalam pelatihan ini juga dilatihkan menembak tanpa laser range finder. Sehingga kemampuan awak kavaleri benar-benar teruji.
Dari pengamatan ARC, platform Tarantula rupanya cukup stabil. Ketika meriam ditembakan, hampir tidak ada tolak balik yang terjadi. Berbeda misalnya jika kita melihat penembakan AMX-13, dimana tubuh tank ikut berguncang. Buktinya, Instruktur bule tampak santai nangkring diatas Tarantula tanpa takut terjerembab ketika sesi penembakan berlangsung. Kecilnya recoil ini juga merupakan keunggulan dari meriam Cockerill MK-3. Sistem meriam 90mm Tarantula terpasang pada kubah yang dioperasikan oleh 2 awak, juru tembak (gunner) dan danran alias komandan kendaraan. Sementara, tipikal amunisi yang disediakan adalah APFSDS-T (Armor Piercing Fin Stabilised Discarding Sabot-Tracer), HEAT (High Explosive Anti Tank), HE-T, dan Canister (anti personil). Walaupun munisinya sudah tidak efektif untuk melawan tank modern, kanon 90 masih memiliki gigi untuk tugas-tugas pengamanan, penyekatan, dan dukungan tembakan, fungsi yang nantinya akan diemban oleh Tarantula.
Pelatihan penembakan ini merupakan rangkaian dari pelatihan awak ranpur sebelumnya. Dimana sebelumnya juga telah dilatihkan operasional radio, mengemudi dan akhirnya penembakan. Bukan hanya siang hari, pelatihan menembak juga akan dilakukan pada malam hari, serta juga pelatihan penembakan senjata co-axial. Setelah pelatihan lengkap, prajurit Kavaleri pun makin siap dan sigap mengamankan negeri menggunakan senjata kebanggaan mereka yang baru, Tarantula. (ARC)
(all photo : Pussenkav TNI-AD)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 10 Oktober 2013
Kavaleri TNI-AD Berlatih Mengunakan Panser Tarantula [10 FOTO]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
kayak gini bikin 500 biji gituu, jangan cuma punya 100 biji, kaga cukup. 1000 biji baru mantep! Merriam TNI yg dari thn 40 an pampasan morotai mendingan dilebur besinya terus dibikin ginian. Malu maluin kalo masih dipake.
BalasHapuseh dodol kalo nggak pernah liat meriam sama plurunya mending gak usah komentar
BalasHapus