Pengalaman menjadi guru yang paling berharga. Luasnya wilayah Nusantara yang tidak diimbangi dengan kekuatan peralatan tempur udara yang memadai menjadi salah satu faktor munculnya kasus Ambalat.
Guna mencegah terjadinya kasus serupa, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara berencana menambah skuadron di Pekanbaru, Riau, dan Biak, Papua, untuk melengkapi kekuatan pengawasan wilayah teritorial Indonesia.
Hal ini seiring bertambahnya jumlah pesawat tempur F-16 dalam program Minimum Essential Force (MEF). Kepala Pusat Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Suyadi Bambang Supriyadi mengatakan rencana penambahan skuadron ini untuk memperkuat pengawasan di wilayah barat dan timur Indonesia dari ancaman luar.
Penambahan skuadron ini dinilai cukup penting mengingat luas wilayah Tanah Air dan banyaknya daerah perbatasan dengan negara lain. Sistem pengawasan wilayah teritorial Indonesia beda dengan negara lain karena merupakan negara kepulauan.
"Kalau negara lain mengawasi daerahnya sendiri. Kalau negara kita ya mengawasi kayak kawasan Asean,” ujar Suyadi kepada detikcom kemarin.
Suyadi menekankan, penambahan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) bukan alasan mengikuti negara lain. Namun, lebih untuk tujuan kekuatan pertahanan nasional yang punya wilayah sangat luas.
Ia mengaku optimistis soal sasaran pemerintah terkait target program MEF selesai pada 2019 dari yang sebelumnya 2024. Namun, meski diharapkan bisa selesai 2019, bukan berarti ada pengurangan armada alutsista yang baru.
“Ini kan soal perbandingan dengan luas wilayah. Itu tidak boleh dikurangi. Kalau begitu, nanti negara lain akan main-main dengan kita. Kayak kasus Ambalat karena dia tahu dulu kita masih minim kekuatan alutsista pesawat tempur,” katanya menegaskan.
Pengamat militer dari Universitas Indonesia Andi Wijayanto menilai upaya modernisasi alutsista TNI sudah terbilang baik. Mengacu pada target pencapaian kekuatan pokok minimum MEF 2024, modernisasi yang sudah dilakukan pemerintah sudah di atas target. "Hal ini karena penambahan anggaran pengadaan alutsista Rp 149 triliun untuk 2010-2014," ujar Andi kepada detikcom kemarin. (Detik)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 10 Oktober 2013
Tingkatkan Pengawasan Udara TNI AU Berencana Tambah Skuadron Baru
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
"Bangkitnya Teknologi Nuklir Indonesia" Tahun ini di bawah Dirut baru Dr.Ir.Yudiutomo Imardjoko, BatanTek tidak hanya bisa ...
-
Banyak orang yang menunggu kapan pesawat R-80 yang merupakan pengembangan dari pesawat N250 buatan Bacharudin Jusuf Habibie, atau yang lebih...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Secara resmi Perang Dingin antara Amerika Serikat (AS) dengan Uni Sovyet - kini Rusia, sudah berakhir dua dekade lalu. Perang dua kekuatan...
-
Perancis menawarkan pembuatan pesawat tempur Rafale di Malaysia, jika negara Jiran itu mau memilih Rafale sebagai pesawat tempur baru mereka...
-
Komandan Satgas Indo FPC (Force Protection Company) XXVI D-2/UNIFIL, Mayor Inf Wimoko, didampingi seluruh staf Satgas menerima kedatangan T...
-
Mantan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Kerjasama Indonesia dan China, J. Stapleton Roy, menganggap Indonesia bisa jadi pemimpin dunia....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar