Dalam kunjungan kerja Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, ke Amerika Serikat, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) sepakat bakal mendatangkan empat helikopter tempur jenis Chinook dari perusahaan pembuat pesawat asal Amerika Serikat, Boeing. Pemesanan itu tidak terlepas dari kebutuhan Indonesia dalam mengantisipasi ancaman-ancaman yang bersifat nyata.
Menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom) Kemenhan, Brigjen Jundan Eko Bintoro, salah satu alasan pemesanan helikopter tempur jenis Chinook itu adalah besarnya daya angkut yang dimiliki oleh helikopter kebanggan Amerika Serikat tersebut. Kondisi ini pun bersesuaian dengan ancaman nyata selain perang yang dihadapi Indonesia, terutama masalah penanganan bencana alam.
"Sebagaimana Pak Menhan katakan, ancaman nyata yang akan selalu kita alami adalah bencana alam. Kemampuan helikopter Chinook dapat membawa pasukan yang lebih besar. Selain itu, helikopter jenis ini dapat mengangkut alat-alat bantuan apabila terjadi bencana alam," ujar Jundan lewat pesan singkat kepada Republika, Senin (18/5).
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Sabtu, 23 Mei 2015
Kerja sama Maritim Indonesia-Tiongkok dinilai perlu kontrol
Kerja sama di bidang kemaritiman antara Indonesia dengan Tiongkok memerlukan kontrol agar tetap menjaga kedaulatan negara, kata Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Arif Havas Oegroseno.
"Bentuk hubungan diplomatik, serta kerja samanya (Indonesia-Tiongkok) tidak perlu berlebihan. Biasa saja," kata Arif Havas saat memaparkan materinya bertema Peluang Kerja Sama Kemaritiman di Kawasan Asia Afrika dalam Lokakarya Forum Komunikasi Kelitbangan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat.
Indonesia, kata dia, selama ini memiliki politik bebas aktif. Hal itu tidak hanya masuk ranah diplomasi, melainkan harus masuk dalam berbagai pertimbangan berbagai program nasional.
"Bentuk hubungan diplomatik, serta kerja samanya (Indonesia-Tiongkok) tidak perlu berlebihan. Biasa saja," kata Arif Havas saat memaparkan materinya bertema Peluang Kerja Sama Kemaritiman di Kawasan Asia Afrika dalam Lokakarya Forum Komunikasi Kelitbangan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat.
Indonesia, kata dia, selama ini memiliki politik bebas aktif. Hal itu tidak hanya masuk ranah diplomasi, melainkan harus masuk dalam berbagai pertimbangan berbagai program nasional.
Label:
Internasional,
Kerjasama Militer,
Maritim
Langganan:
Postingan (Atom)
Berita Populer
-
Bakamla RI pada 15 Juli 2015 pukul 09.00 WITA menemukan kapal KM. Sinar Purnama di Perairan Tarakan. KAL Simaya yang merupakan unsur Operas...
-
Ekspedisi Belanda tiba di Nusantara pada 1596. Kapal-kapal Belanda menyusul, hingga terbentuk The Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). ...
-
Dalam waktu dekat Indonesia akan memiliki satu-satunya ahli nuklir di dunia yang menerapkan pengayaan uranium dengan teknologi rendah. ...
-
Submarine type 214 Angkatan Laut Portugal Kisah ini sengaja saya tulis berdasarkan catatan-catatan tertulis yang saya punya dan juga cer...
-
Masih ingat dengan drone combatan yang tengah dirancang Indonesia? Ya siapalagi kalo bukan Drone Medium Altitude Long Endurance Black Eagle....
-
Selain pembelian Su-35, Rusia juga telah memulai pembicaraan awal dengan Indonesia terkait pengiriman kapal selam diesel-elektrik (kelas Kil...
-
AH-64E Apache Untuk Indonesia merupakan tipe terbaru walau bukan tercanggih (AH-64D Longbow sebagaimana dimiliki Angkatan Darat Singapura) ...
-
Untuk memenuhi Minimum Essential Force (MEF), Indonesia telah memilih pesawat Sukhoi Su-35, sekaligus menggantikan peran F-5 Tiger yang suda...
-
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengaku tidak habis pikir dengan kegiatan intelijen yang dilakukan oleh Pemerintah Australia. Menl...
-
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) memeriksa 15 orang saksi terkait hilangnya 250 batang dinamit milik PT Batu Sarana Persada pada...