Pesawat C-295 |
Ketika angkatan udara di berbagai negara Eropa menghadapi masalah pemotongan anggaran, combined customer base yang dibangun di luar Eropa, seperti PT Dirgantara Indonesia, justru mampu memberi harapan yang lain. Potensi pasar juga tampak bersinar di Timur Tengah dan Amerika Latin. Dalam beberapa tahun terakhir, pemotongan anggaran membuat banyak pemerintahan selektif dalam menentukan pilihan alutsista, termasuk untuk pesawat militer. Kini, mereka cenderung memilih pesawat yang mampu melakukan aneka ragam misi.
Berikut laporan langsung wartawan Angkasa Adrianus Darmawan dan Dudi Sudibyo dari ajang Airbus Defence and Space Trade Media Briefing (TMB) 2014, 10-11 Juni lalu di Sevilla dan Madrid, Spanyol. Di bagian lain, dari ajang Airbus Innovation Days 2014 di Toulouse, Perancis, Dudi Sudibyo juga menyampaikan perkembangan terkini pertarungan dua raksasa besar produsen pesawat komersial badan besar, Airbus dan Boeing.
Pernyataan Domingo Urena Raso pada jamuan makan malam di sebuah daerah sejuk di pinggiran kota Sevilla itu jelas bikin puluhan wartawan penerbangan dunia terhenyak. Tak terkecuali Angkasa. Pasalnya, industri pesawat terbang terbesar di dunia ini bukanlah yang terhebat di antara 22 subsidiaries yang berdiri di berbagai negara. Kenapa justru PT Dirgantara Indonesia (DI) yang diunggulkan? Adakah keunikan khusus dari pabrik pesawat yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat ini?
Seperti biasa, pimpinan Airbus yang dikenal supel itu tak langsung menerangkan gamblang. Namun, dari paparan taktisnya terjelaskan berbagai hal. Menurutnya, DI bisa dijadikan model karena, pertama, didirikan atas dasar kesepahaman bilateral, dan, kedua, dalam perjalanannya, meski diwarnai berbagai rintangan, telah ikut mengembangkan pasar yang cukup unik di kawasannya. DI begitu menarik perhatian negara-negara di sekitarnya karena memproduksi pesawat transpor militer badan kecil/menengah yang bisa digunakan untuk berbagai misi.
Kerjasama telah dimulai sejak 1976, ketika Airbus Defence and Space yang bermarkas di Spanyol masih bernama CASA (Construcciones Aeronauticas SA). Diawali pembuatan pesawat badan kecil berlisensi C-212 Aviocar, kini kerjasama dengan DI telah meningkat dengan produk yang masih tetap populer, yakni pesawat transpor badan menengah CN235 dan C295. Selain bisa digunakan untuk misi standar angkut pasukan, keduanya juga bisa didayagunakan untuk misi bantuan kemanusiaan, patroli maritim, pemantauan lingkungan dan lain-lain. Belakangan C295 sudah bisa dipesan dalam versi airborne early warning.
Sampai saat ini, CN235 yang pertama kali diperkenalkan pada 1988, masih tetap digemari berbagai operator di kawasan Asia. Seperti dikatakan Direktur Komersial dan Restrukturisasi DI, Budiman Saleh. “CN-235 masih tetap jadi favorit, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Pesawat ini dibeli Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Brunei, Uni Emirat Arab, Pakistan, Senegal dan lainnya.” (Kompas (15/2/2014).
Hingga kini, lebih dari 270 unit CN235 telah terjual ke berbagai negara. Selain dibeli berbagai operator di wilayah Asia, Timur Tengah, dan Amerika Selatan, pesawat ini juga dibeli sejumlah negara di Eropa dan Amerika Utara. Sementara C295, tercatat lebih dari 120 unit telah terjual. Berkat peraihan total market-share mencapai 58 persen antara 2005 sampai 2014, kedua pesawat selanjutnya tercatat sebagai market-leader di kelas transpor menengah.
Selain dengan Airbus DS, DI juga menjalin kerjsama yang cukup penting dengan unit bisnis strategis Airbus Group lainnya, yakni Airbus Helicopter, terkait penjualan dan perawatan helikopter EC225/775; juga dengan Bell-Textron AS terkait pembuatan helikopter Bell-412.
Meski dikatakan masih perlu kesepahaman dan pendekatan lebih lanjut, Domingo Raso tak memungkiri bahwa pemerintah Indonesia telah ikut mendukung upaya pemasaran pesawat-pesawat tersebut. Di antara yang terbaru adalah lawatan ke enam negara (Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Myanmar, Thailand dan Malaysia) pada Mei 2013 untuk memperkenalkan C295. Melalui beberapa pertemuan intens, empat negara yakni Filipina, Myanmar, Thailand, bahkan Timor Leste, mengajukan berbagai pesanan.
Ketangguhan-kemudahan
Dalam TMB 2014, secara detail, Airbus DS menyampaikan laporan tahunan performa bisnis, perkembangan uji terbang atas beberapa produk baru serta program layanan purna atas produk-produknya. Jika pada tahun-tahun sebelumnya mereka bergerak dalam pembuatan, pemasaran, program pelatihan serta layanan purna jual untuk pesawat CN235, C295, A400M dan A330 MRTT, mulai Desember 2013 lalu kepadanya ikut “dititipkan” pesawat tempur Eurofighter Typhoon dan Sistem Pesawat Tanpa Awak (UAS). (Angkasa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar