Indonesia telah menerima 10 LVT-7 hibah dari Korea dari rencana 35 unit (photo : dixie) |
Jakarta, InfoPublik - Kembali Indonesia akan menerima hibah
25 tank amphibi Landing Vehicle Tracked (LVT) dari Korea Selatan untuk
digunakan oleh Korps Marinir TNI Angkatan Laut. Namun, prosesnya masih menunggu
izin dari Amerika Serikat, pembuat tank tersebut.
"Hibah 25 unit alat tempur LVT itu harus mendapatkan
izin dari Amerika Serikat, karena LVT itu merupakan buatan Amerika," jelas
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono usai mengikuti sidang Komite
Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), di PT PAL Indonesia (Persero), Surabaya,
Jawa Timur, Rabu (23/5).
Menurut Panglima TNI, Indonesia sebelumnya juga telah
mendapatkan 10 unit LVT dari Korea Selatan, namun di Korsel masih ada 25 unit
lagi yang masih layak digunakan dan dihibahkan. "Saat ini sedang diproses
untuk mohon dihibahkan pada Indonesia tapi pelaksanaan hibah ini pun harus
seizin Amerika. Kita masih menunggu keputusan dari Kemhan Korea dan Amerika
Serikat apakah menyetujui untuk dihibahkan ke Indonesia atau tidak," kata
Panglima.
Mengenai pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) di
dalam negeri, Panglima TNI selaku anggota KKIP, mengatakan, PT PAL sebagai
"Lead Integrator" sangat penting untuk diberikan dukungan dalam
mewujudkan pembangunan kapal, baik Kapal Cepat Rudal (KCR), Perusak Kapal Rudal
(PKR) maupun kapal angkut. "KCR 40M sudah selesai dibangun dan ada
beberapa unit. PT PAL juga akan membangun 6 unit KCR-60M dan kapal 105 M, yakni
PKR," katanya.
Terkait pembelian Tiga Kapal Selam Korea, Menteri
Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan, tiga unit kapal masih dalam proses
pembangunan yang dilakukan oleh Korsel dan PT PAL. "Kapal selam pertama
akan dilakukan oleh Korsel. Yang kedua separuh-separuh antara Korsel dan PT PAL
dan ketiga dibangun di PT PAL. Ini harus dibahas kembali karena harus dilihat
kesiapan PT PAL sendiri," katanya.
Pasalnya, kata Menhan yang juga selaku Ketua KKIP, peralatan
untuk pembangunan kapal selam itu tidak mudah, sehingga harus terus
dibicarakan, sementara proses dari pembuatan ini tetap berjalan.
Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin menyebutkan
proyek kapal selam ini ada dua macam, yakni pengadaannya dan transfer of
technology-nya. "Kalau pengadaannya kan sudah selesai dan kita telah
kontrak. Ini akan berjalan sekaligus," tuturnya.
Namun, dalam ToT, ada tiga tahapan, yakni pembangunan kapal
selam di Korea, separuh-separuh antara Korsel dan PT PAL, dan PT PAL sendiri.
"Sejak fase pertama kita sudah melibatkan tenaga-tenaga teknis yang kita
kirim dari Indonesia yakni PT PAL ke Korea. Yang menjadi tantangan apabila kita
ingin masuk ke fase ketiga, infrastruktur yang ada di PT PAL harus dipersiapkan
karena membangun kapal selam memiliki infrastruktur tersendiri dan yang paling
penting, harus didukung oleh anggaran yang perlu dipersiapkan. Kemhan juga
tengah membicarakan bagaimana kesiapan PT PAL yang terdiri dari Meneg bumn, dan
tentunya yang ahli dalam kontrak Kemhan," urainya.(dry)
(Kominfo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar