PT Honeywell Aerospace, perusahaan komponen pesawat asal Amerika Serikat (AS) yang berlokasi di Bintan, telah menjalin kerja sama dengan perusahaan lokal di Indonesia. Perusahaan itu adalah PT Dirgantara Indonesia (Persero).
Presiden Direktur Honeywell Indonesia Alex Pollack mengatakan, pihaknya sudah cukup lama bekerja sama dengan PT DI. Honeywell menyediakan mesin turboprop TPE 331.
"Kita sudah MoU dengan PT DI untuk penyediaan mesin TPE 331," ungkapnya di Bintan, akhir pekan lalu.
Diketahui mesin ini dipergunakan sebagai penggerak utama untuk pesawat CN-235 200/220. Pollack menambahkan bahwa mesin ini berteknologi tinggi dan efisien dalam penggunaan bahan bakar.
"Pusat layanan mesin TPE 331 ada di Bandung. Ini satu-satunya di kawasan Asia Tenggara," sebutnya.
Selain itu, kata Pollack, PT DI juga menggunakan piranti avionik ARL-2002 milik Honeywell Aerospace. Masih untuk pesawat CN-235.
"Dua teknologi ini menjadi standar di beberapa pesawat terbang yang diproduksi di Indonesia," terangnya.
Enhanced Ground Proximity Warning System (EGPWS) bantu Pesawat Hindari Tabrak Gedung dan Gunung
Salah satu produk yang dihasilkan oleh Honeywell Aerospace di Bintan (Kepulauan Riau) adalah Enhanced Ground Proximity Warning System (EGPWS). Produk ini juga merupakan salah satu andalan perusahaan untuk berbagai jenis pesawat di dunia.
Andrew Kirk, Direktur Produksi Honeywell Aerospace, menjelaskan alat ini mampu mendeteksi dengan cepat kondisi di sekitar area pesawat. Termasuk gunung atau gedung-gedung tinggi sehingga pesawat dapat terhindar dari tabrakan.
"Jadi terdeteksi dengan baik areanya. Sistem ini dapat membantu pilot bila ingin terbang lebih cepat. Jika ada gunung atau gedung, maka alat ini akan memberikan peringatan untuk mencari alternatif lain," jelas Kirk di lokasi pabrik, Bintan, akhir pekan lalu.
Kirk menambahkan, kelahiran EGPWS berawal pada situasi kala 1960-1970an. Kala itu, banyak pilot merasa tidak aman untuk terbang cepat. EGPWS tercipta dari kebutuhan tersebut.
"Saya menyebutnya sebagai early warning system," ujar Kirk.
EGPWS sudah digunakan di segala jenis pesawat komersial hingga militer. Kebanyakan memang untuk pesawat berukuran kecil yang butuh terbang dengan kecepatan tinggi.
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Senin, 02 Februari 2015
Pesawat CN-235 Pakai Mesin Buatan Bintan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
-
Ketika Indonesia mulai serius membangun armada pesawat tempur Sukhoi, datanglah godaan dari Amerika Serikat yang menawarkan pesawat tempur ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar