Pemerintah diminta mengimbau maskapai penerbangan nasional untuk membeli pesawat N-250.
PENGEMBANGAN kembali proyek pesawat komersial tipe N-250 dinilai memiliki prospek cerah. Di samping harga yang tidak mahal, pesawat kecil itu sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.
Pengamat penerbangan Universitas Gadjah Mada Arista Atmadjati menilai pesawat yang pernah menjadi produk primadona Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)--kini bernama PT Dirgantara Indonesia (PT DI)--tersebut ideal bagi pasar Indonesia.
"Harganya terjangkau oleh maskapai-maskapai nasional mulai dari kelas besar, menengah, hingga kecil. Ukurannya pun cocok untuk menerbangi pulau-pulau kecil di Tanah Air," kata Arista, kemarin.
Arista menuturkan, N-250 yang bermain di kapasitas 50-70 tempat duduk sangat cocok untuk mendukung transportasi komuter pulau-pulau kecil atau antarkabupaten. Sebab kebanyakan bandara di sana berlandasan pacu pendek, sekitar 900 meter hingga 1.400 meter. Apalagi, saat ini rute-rute penerbangan antarkabupaten tengah berkembang. Misalnya, rute Bandung-Pangandaran, Halim Perdanakusuma-Tasikmalaya, Yogyakarta-Bandung, atau di luar Pulau Jawa seperti Kendari-Wakatobi dan Raja Ampat-Nabire.
Pesawat N-250, diyakini Arista, akan mampu bersaing dengan pesawat-pesawat sekelas produk perusahaan ternama dunia seperti Fokker, Bombardier, atau Avions de Transport Regional (ATR).
Persaingan
Namun, agar mampu bersaing, pemerintah dinilai perlu mendukung dengan mengimbau maskapai penerbangan nasional untuk membeli N-250. Selama ini, minimnya produksi pesawat terbang domestik membuat maskapai penerbangan nasional terus menggunakan pesawat buatan asing, khususnya Boeing dan Airbus.
Bahkan, Merpati Airlines lebih memilih pesawat tipe MA-60 buatan Xian Aircraft Industry Ltd, China, menggantikan CN-235 buatan PT DI yang telah memiliki lisensi dari otoritas penerbangan Amerika Serikat, Federal Aviation Administration (FAA). "Tanpa campur tangan pemerintah dan dukungan industri penerbangan domestik, pesawat sebagus N-250 pun tidak akan bisa bertahan," kata Arista.
Senada dengan Arista, pengamat penerbangan Ruth Hana Simatupang meminta pemerintah mempromosikan N-250 melalui imbauan Presiden atau Menteri BUMN Dahlan Iskan agar maskapai penerbangan pelat merah menggunakan N-250 bagi penerbangan skala kecil mereka.
"Harus maskapai kita sendiri yang pertama kali menggunakan N-250 untuk menunjukkan kepada dunia luar betapa baiknya produk yang kita hasilkan," tegasnya.
Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo juga berharap upaya mantan Presiden BJ Habibie itu didukung penuh pemerintah. "Karena mulai 2015, seluruh produk asing akan membanjiri Indonesia termasuk pesawat. Apakah kita akan terus memakai produk asing, sedangkan SDM kedirgantaraan dalam negeri sudah ada dan berpengalaman," tegasnya.
Sebelumnya, seusai peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Bandung, Jumat (10/8), Habibie menyatakan tekad mewujudkan kembali mimpinya agar pesawat komersial tipe N-250 yang pernah terbang 17 tahun silam, tetapi kemudian kandas lantaran krisis ekonomi, bisa mengangkasa kembali.
Sumber : MI
Semoga Alloh menganugerahi panjang usia, kesehatan, kekuatan, dan kecemerlangan inovasi untuk pak Habibie dan seluruh team-nya untuk segera dapat mewujudkan pengembangan N250 & N2130 yang akan menjadi kebanggaan kita dalam hal teknologi tinggi. Rasanya masih terasa keharuan & kebanggaan saat kesuksesan peluncuran perdana Tetuko CN235, & N250 sekitar tahun 1998. Sayang saat itu kita terkena krisis moneter serta "dijegal" IMF dan dihambat para politisi/pengamat yang tidak memiliki semangat visioner yang mengatakan pengembangan pesawat tersebut memboroskan uang negara & hanya akan menjadi "mainannya Habibie". Tapi itu masa lalu, sekarang saatnya bangkit kembali. Rasanya tidak sabar menunggu N250 & N2130 mengudara dengan nama maskapai penerbangan dari seluruh dunia.. Good Luck
BalasHapusAamiin YRB...
Hapusgood luck BJ. Habibie.
BalasHapusSaya menunggu sebuah gerakan yang membuat bangsa Indonesia percaya bahwa bangsanya bisa bersaing dengan bangsa lain.
karena pada saat ini banyak warga Indonesia yang tidak optimis bahwa bangsanya bisa maju dan mengharumkan Nama Bangsanya. Di media hanya mengulas keburukan dan keburukan bangsa Indonesia saja.