Cari Artikel di Blog Ini

Minggu, 08 Februari 2015

Barat Sebut Jalur Sutra Maritim sebagai Kekuatan Asimetrik

Jalur Sutra Maritim (JSM) yang dibangun Tiongkok, disebut negara-negara Barat sebagai kekuatan pertahanan asimetrik. Pengamat pertahanan dan kemaritiman, Budiman Djoko Said mengatakan bahwa Tiongkok sangat memahami geopolitik dan militer ajaran Spykesman mengenai Daerah Batas.


“Bisa jadi dua konsep, JSM dan Jalur Sutra Daratan (JSD). Yang lebih tradisional menjadi dua konsep, yang berbarengan dikembangkan sebagai dua jalur akses alternatif, bukan hanya bagi kepentingan kekuatan maritim, tapi juga kekuatan daratan,” terang Budiman kepada Jurnal Maritim, Jumat (6/2).

Menurut Budiman, berjalannya dua konsep itu sangat ditakuti oleh Barat. Mereka menyatakan dua konsep itu, terutama JSM, sebagai kekuatan asimetrik yang patut diwaspadai. “Beberapa analis Barat menyebut JSM sebagai strategi anti akses dan area denial (AA/AD-red), yang dilakukan terhadap kekuatan besar Barat. Sehingga, ini menjadi hipotesa yang mengklasifikasikan Tiongkok sebagai kekuatan asimetrik,” paparnya.


Jika sejauh ini Tiongkok mengembangkan dan masih memilih sistem persenjataan yang bisa diduga senjata asimetrik (the weaks against the strong), maka tidak bisa dianggap remeh oleh Barat. “Tidak bisa dipandang enteng kekuatan Tiongkok ini, meskipun sistem senjata asimetrik cukup kapabel dalam operasi serbuannya (strike operation-red). Dengan mengandalkan kapal selam diesel elektrik modern konvensionalnya yang cukup banyak.”

Secara umum, dikatakan Budiman, JSM maupun JSD merupakan rute dari poros Beijing ke arah Barat yang diasumsikan sebagai fokus kepentingan nasional Tiongkok. Menurut Danseskoal Tahun 2000 ini, strategi ekonomi dan keamanan Tiongkok bakal menopang kestabilan kawasan yang dilalui JSM. “Boleh jadi, dengan mengandalkan strategi ekonomi nasional dan sekuriti murninya, akan membuat suasana tetap stabil di kawasan, terutama yang dilalui JSM dan JSD.”

Wakil Ketua Forum Kajian Pertahanan dan Maritim (FKPM) ini menegaskan, negara-negara Barat harus mengantisipasi gerakan itu sedini mungkin, dengan membangun AA/AD di setiap mandala.

“Negara lain mungkin akan semakin membelalak, apabila Tiongkok suatu ketika mulai mengembangkan konsep JSM-nya kearah Timur, dan pelan-pelan meninggalkan konsep pelibatan AA/AD di mandala first chain island yang memanjang dari Laut Tiongkok Selatan sampai ke wilayah sekitar Jepang dan Korsel. Tiongkok di kemudian hari bisa saja mengejutkan dengan membuat dua front panas, terus ke barat atau melompat ke timur, atau lebih ekstrim lagi terjun ke mandala second chain island,” tutupnya. (JMOL)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lazada Indonesia

Berita Populer

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters