Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso memastikan kondisi di Tolikara, Papua, sudah kembali damai. Menurut Sutiyoso, tak ada ketegangan antara kelompok muslim dan Kristen di kabupaten itu.
"Sudah kondusif, sudah damai," kata Sutiyoso di rumah dinasnya, Kamis, 23 Juli 2015.
Saat ini, kata Sutiyoso, langkah yang perlu diambil adalah penyelesaian masalah melalui jalur hukum. Sutiyoso mengimbau seluruh elemen masyarakat menyerahkan penyelidikan akar kerusuhan di Tolikara pada pihak yang paling berwenang yaitu kepolisian.
Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti juga memastikan situasi telah kondusif di Tolikara. Walau begitu, polisi tidak akan berhenti mengusut peristiwa itu. "Penegakan hukum harus jalan karena pembakaran dan pelemparan itu adalah pelanggaran hukum," ucap Badrodin.
Hingga hari ini, polisi sudah memeriksa 50 saksi yang terkait dengan kisruh Tolikara. Badrodin mengatakan pemeriksaan sudah mengerucut pada nama-nama tersangka. "Tapi saya belum bisa menyampaikan kalau belum ada penangkapan."
Kisruh Tolikara terjadi pada Jumat pagi, 17 Juli 2015, ketika puluhan orang yang diduga anggota jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) memprotes penyelenggaraan salat Id di lapangan Markas Komando Rayon Militer (Makoramil) 1702-11, Karubaga. Mereka berdalih telah memberitahukan agar kegiatan ibadah Lebaran tak dilaksanakan di daerah tersebut karena berbarengan dengan acara seminar dan kebaktian kebangunan rohani (KKR) pemuda GIDI.
Aparat yang mengamankan lokasi mengeluarkan tembakan peringatan. Namun massa mengamuk hingga menyebabkan puluhan kios dan sebuah musala di sekitar lapangan habis terbakar. Tembakan menyebabkan seorang korban tewas dan belasan lainnya luka-luka.
Insiden diduga berawal dari surat edaran yang diteken pada 11 Juli lalu. Selain memberitahukan penyelenggaraan seminar dan KKR pemuda GIDI pada 13-19 Juli 2015, surat itu berisi larangan perayaan Lebaran dan pemakaian jilbab di Tolikara.
Berdamai Pakai Cara Khas Papua
Para tokoh agama, baik dari Islam dan Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) melakukan perdamaian di halaman kantor Koramil 1702/WMS Karubaga, Kota Karubaga, Kabupaten Tolikara pada Rabu, 22 Juli 2015.
Menurut Bupati Tolikara, Usman G. Wanimbo, perdamaian ini ditandai dengan saling bersalaman khas suku asli yang ada di wilayah pegunungan tengah Papua.
Salaman ini dengan cara jari tengah dari salah satu orang dikepit jari tengah dan jari telunjuk teman yang menyalaminya. Lalu, keduanya saling tarik, sehingga mengeluarkan bunyi. Setelah bersalaman seperti itu, dilanjutkan dengan saling berpelukan.
Upacara perdamaian diawali dengan permintaan maaf atas insiden Tolikara yang terjadi dari Ketua Badan Gereja GIDI Tolikara, Nayus Wenda, dan Sekretaris GIDI Tolikara, Marthen Jingga.
Kemudian, disambut dengan salah satu tokoh muslim, Ali Mukhtar, yang meminta agar umat muslim lainnya di daerah Papua atau daerah Indonesia manapun jangan membuat statmen yang meresahkan warga lainnya.
"Saat ini situasi sudah kondusif dan aktivitas perekonomian sudah berjalan. Peristiwa itu hanya terjadi dua jam, setelah itu selesai tidak ada kelanjutan," kata Bupati Tolikara, Usman G. Wanimbo, kepada wartawan saat ditemui dalam kunjungannya ke RSUD Dok 2, menengok para korban yang tertembak kerusuhan di Tolikara, Rabu malam, 22 Juli 2015.
Menurut Usman, pihaknya telah melakukan rekonsiliasi dan pemulihan sekitar pukul 12.00 WIT hari itu juga. "Dari upacara perdamaian tadi itu, kedua belah pihak sepakat secara bersama-sama untuk saling meminta maaf dan sepakat dalam kebersamaan untuk melakukan proses pembangunan di wilayah itu dan mengamankan Tolikara secara bersama-sama," katanya.
Usman menambahkan, saat ini para pengungsi mendiami bekas kantor bupati yang akan didirikan rumah dan kios di lokasi itu.
Sebelum upacara perdamaian, diawali dengan kerja bakti bersama membersihkan puing-puing sisa kebakaran. (Tempo)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 23 Juli 2015
Kepala BIN Pastikan Tak Ada Dendam Tersisa di Tolikara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
-
Aksi baku tembak kembali terjadi di perbatasan Jayapura, Papua dengan Papua Nugini antara aparat TNI dengan kelompok sipil bersenjata. Apar...
-
Bahwa partisipasi prajurit Kopassus dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan kesempatan yang sangat berharga dan sekaligus tantangan...
-
Ribuan senjata serbu SS2 V5C pesanan Kopassus sedang diproduksi oleh PT Pindad. Untuk tahap awal, Kopassus akan mendapatkan 1000 pucuk SS2...
-
Menjelang pelaksanaan Sail Morotai 2012, Staf Operasi Angkatan Laut (Sopsal) TNI AU membentuk tim khusus untuk melakukan sapu ranjau, inspe...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar