Pusat Perdamaian dan Keamanan Markas Besar TNI di Sentul, Jawa Barat, kini tengah diisi banyak masyarakat sipil. Mereka merupakan para peserta Bela Negara, program buatan Kementerian Pertahanan mirip wajib militer.
Gedung tinggi dengan suasana sepi menjadi tempat peserta Bela Negara menerima doktrin tentang cinta tanah air. Ukuran kelas pun cukup luas, ditambah penyejuk ruangan tentu membuat para peserta bakal nyaman.
Ratusan peserta di Pusat Perdamaian dan Keamanan Markas Besar TNI ini wajib pakai seragam loreng berwarna biru muda, khas Bela Negara. Mereka berasal dari pelbagai kalangan juga profesi. Usia mereka pun berbeda-beda.
Ketika pembekalan materi, mereka fokus mencatat materi dengan satu buku dan pulpen. Suasana diam, hanya suara instruktur terdengar dalam pemberian materi ini.
Kemudian berkeliling area ke belakang, ternyata didapati ruang makan dan tempat istirahat peserta Bela Negara.
Ruang makan berada di lantai satu. Para instruktur ternyata telah menyiapkan piring alumunium, kursi dan meja untuk lima orang saja. Selain itu, teko minum berisikan air putih.
Menu makanan bagi para peserta juga tergolong sehat dan bergizi. Instruktur Bela Negara memberikan mereka nasi, ayam, sayur bayam, tempe dan buah semangka saban harinya.
Naik ke lantai dua, ternyata terdapat barak istirahat peserta. Pasar peserta ternyata tidur di kasur empuk. Selain itu, mereka juga disiapkan lemari ukuran sedang. Tempat pun rapih, luas dan panjang.
Salah satu peserta bela negara, Misyahri mengaku, selama sembilan hari menjalani program para peserta dipaksa hidup disiplin. Setiap menjelang subuh, peserta sudah bangun. Nantinya para instruktur mengajak para peserta berolahraga dan bersih-bersih selama dari pukul 05.00 hingga 06.00.
Warga Cilegon ini mengungkapkan, para peserta juga wajib melaksanakan apel sebelum masuk kelas sekitar jam 07.00 pagi. Selanjutnya, para instruktur memberikan materi hingga pukul 12.00 siang. Setelah itu, peserta diberikan kesempatan untuk istirahat dan makan siang hingga pukul 13.00.
"Masuk kelas lagi jam 1 siang sampai jam setengah 3," kata Misyahri saat ditemui merdeka.com di lokasi, Kamis pekan lalu.
Kemudian, lanjut dia, para rekannya di program Bela Negara juga wajib melakukan upacara sebelum jadwal istirahat sore. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan baris berbaris (PBB) hingga hampir tengah malam.
"Malam hari ada pelajaran untuk PBB sampai istirahat jam 10 malam," ujar dia. Kegiatan itu terus berulang selama program ini berlangsung.
Selain itu, dia mengaku selama mengikuti latihan Bela Negara diperbolehkan menggunakan ponsel. Larangan pemakaian itu ketika kelas materi dimulai. Sehingga peserta masih bisa komunikasi dengan sanak saudara dan keluarga.
Sudah lewat sepekan ini, para peserta diberikan materi seputar ketahanan negara, kepemimpinan, pancasila dan lain sebagainya. Pelbagai materi ini bagi Misyahri sangat penting guna memperkuat dirinya mencintai Indonesia.
"Penting kita punya jiwa nasionalisme, karen kita mengaku orang Indonesia jadi harus punya nasionalisme. Karena sekarang punya jiwa nasionalisme dapat pengaruh lain jadi kita berkurang sekali," ungkapnya.
Utusan Setkom Mitra Polri ini mengaku tak masalah selama mengikuti pelatihan bela negara, meski sebulan telah meninggalkan pekerjaannya. "Ini sudah otomatis karena saya sebagai orang Indonesia ada ini bela-belain karena ini sangat penting sekali, diberi kesempatan untuk menyalurkan bela negara," tambahnya.
Seorang PNS berstatus janda ternyata juga ikut program ini. Apa motivasi dirinya ikut program mirip wajib militer ini?
Selain Misyahri, peserta Bela Negara lainnya, Haerofiatun, mengaku ikut program ini sebagai utusan Kesbangpol Kabupaten Serang. Dia terpaksa ikut setelah menerima kiriman fax dari Kemendagri dan Kemenhan.
Keputusan atasannya itu tak bisa ditampiknya perempuan berprofesi Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini. Alhasil, dirinya mau tak mau terima risiko ikut Bela Negara. Meski merasa terpaksa, namun dirinya mengklaim ingin ikut program ini.
"Kebetulan saya ditunjuk mau engga mau, harus siap. Saya juga cinta tanah air, ingin ikut Bela Negara," ujar Haerofiatun.
Perempuan berjilbab ini mengungkapkan, selama beberapa hari mengikuti latihan Bela Negara tak ada pendidikan ala militer. Namun, pendidikan ini diyakini membuat dirinya semakin kuat.
Meski begitu, dia tak menampi ada rasa sedih meninggalnya buah hatinya. Apalagi dengan menyandang status janda, tentu kekhawatiran terhadap kondisi anaknya terus menyelimuti.
Ikutnya dalam program Bela Negara juga mengajarkan anaknya untuk hidup mandiri. "Anak umur 8 tahun kelas 3, saya titipin keluarga justru anak biar mandiri engga tergantung sama ibunya," terang Haerofiatun.
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Senin, 02 November 2015
Mengintip kegiatan peserta Bela Negara di Pusat Perdamaian dan Keamanan Markas Besar TNI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
Banyak orang yang menunggu kapan pesawat R-80 yang merupakan pengembangan dari pesawat N250 buatan Bacharudin Jusuf Habibie, atau yang lebih...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
Ketika Indonesia mulai serius membangun armada pesawat tempur Sukhoi, datanglah godaan dari Amerika Serikat yang menawarkan pesawat tempur ...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Keterlibatan Indonesia dalam pembuatan pesawat tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan, menjadi sebuah lompatan bersejarah bagi Indonesia. Hal ...
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar