Seorang anggota kepolisian di Kepolisan Sektor Serengan, Surakarta, Jawa Tengah, Aipda Endro Margiyanto meninggal setelah dirawat di rumah sakit lantaran luka yang tak kunjung sembuh.
Luka itu berasal dari tembakan dari orang yang diduga teroris saat dia berjaga di pos pengamanan lebaran pada 2012.
Juru bicara Kepolisian Resor Kota Surakarta Ajun Komisaris Yuliantara mengatakan, saat itu Endro terkena luka tembak di bagian pinggang. "Saat itu proyektil telah dikeluarkan melalui sebuah operasi," katanya saat ditemui di rumah duka, Kamis 31 Maret 2016.
Masalahnya, Endro ternyata mengidap diabetes sehingga luka itu tak kunjung sembuh. "Dia tidak bisa lagi bekerja setelah kejadian tersebut," katanya. Bahkan, ujar Yuliantara, Endro juga harus beberapa kali dirawat di rumah sakit lantaran luka itu. Polisi berusia 51 tahun itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit, Rabu 30 Maret 2016.
Pada insiden yang terjadi empat tahun lalu itu, Endro serta ketiga rekannya tengah berjaga di Pos Pengamanan 05 Gemblekan menjelang hari raya Idulfitri. Tiba-tiba, dua orang yang mengenderai sepeda motor menembaki pos itu. Akibatnya, dua anggota polisi terluka. Endro terkena tembakan di bagian pinggang kiri dan peluru bersarang di tulang pinggul kanannya. “Kalau tidak terkena tulang, mungkin peluru langsung keluar,” kata dia di rumahnya, kompleks Asrama Polisi Panularan blok 1, Surakarta pada 16 September 2012. Sedangkan rekannya, Briptu Kukuh Budiyanto hanya menderita luka tembak di ibu jari kaki.
Endro mengatakan, pada saat kejadian dia hanya mendengar suara tembakan. Kemudian saat akan berdiri dari kursi, tubuhnya terasa berat. “Refleks saya memegang pinggang kiri yang terasa sakit. Ternyata mengeluarkan darah, dan saya baru sadar kalau saya tertembak,” katanya.
Detasemen Khusus 88 Antiteror kemudian menyergap dua orang yang diduga pelaku serangan. Dua terduga teroris bernama Farhan Mujahid dan Muchsin Tsani itu tewas dalam penyergapan di Jalan Veteran Surakarta.
Sejumlah penyerangan terjadi pada saat itu dengan target polisi di Surakarta. Penyerangan di pos pengamanan lebaran di Gemblekan terjadi pada 17 Agustus 2012. Sehari kemudian pos pengamanan di Gladag dilempar granat. Terakhir pada 30 Agustus, pos polisi Singosaren dihujani tembakan dan menyebabkan Bripka Dwi Data meninggal. (Tempo)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 31 Maret 2016
Ditembak Teroris Tahun 2012, Anggota Polsek Surakarta Akhirnya Meninggal Dunia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
Banyak orang yang menunggu kapan pesawat R-80 yang merupakan pengembangan dari pesawat N250 buatan Bacharudin Jusuf Habibie, atau yang lebih...
-
Ketika Indonesia mulai serius membangun armada pesawat tempur Sukhoi, datanglah godaan dari Amerika Serikat yang menawarkan pesawat tempur ...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
-
Keterlibatan Indonesia dalam pembuatan pesawat tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan, menjadi sebuah lompatan bersejarah bagi Indonesia. Hal ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar