Paling banyak akan digunakan untuk membeli alutsista rongsokan saja.
Tingginya anggaran pertahanan, atau sebesar Rp 77 triliun, pada tahun anggaran 2013 dinilai hanya sebuah pemborosan dan bahkan potensi penggelapan baru karena Kementerian Pertahanan dinilai takkan melaksanakan modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) yang terencana baik.
Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) menduga uang sebesar itu paling banyak akan digunakan untuk membeli alutsista rongsokan saja.
Uchok Sky Khadafi, dari Fitra, menyatakan contoh tindakan itu adalah seperti yang terjadi pada tahun 2012, di mana di sektor pertahanan, yang terjadi adalah bukan modernisasi atau memperbaruhi alusista TNI tetapi Kementerian Pertahanan lebih membeli alusista bekas.
Padahal selain alutsista bekas akan membahayakan nyawa prajurit TNI, dan hal itu tidak sesuai dengan prinsip bahwa peningkatan anggatan TNI untuk memodernisasi alusista.
"Sistem pertahanan yang mau dikembangkan oleh TNI seperti apa, sampai sekarang tidak jelas. Hal ini akan berkaitan dengan belanja priritas alusista sendiri," kata Uchok, di Jakarta, hari ini.
Karena tak jelasnya konsep pertahanan seperti apa yang akan diterapkan, yang terjadi kemudian adalah Kementerian Pertahanan hanya mengejar belanja alusista yang bekas dan dianggap murah.
Sebagai contoh adalah sejumlah pesawat F-16 bekas dari AS yang sudah diretrofit. Atau terbaru, rencana membeli pesawat Hercules bekas dari Australia.
"Jadi belanja alusista hanya pemborosan anggaran karena tidak disesuaikan dengan konsep pertahananan, yang lucunya sampai sekarang juga tidak jelas," tandas Uchok.
Seperti diketahui, Presiden sudah menyatakan Pemerintah memproyeksikan anggaran pertahanan untuk 2013 sebesar Rp 77 triliun, meningkat secara signifikan dibanding tahun 2012 yang mencapai Rp 72,54 triliun. Presiden meminta Kementerian Pertahanan untuk membicarakan anggaran ini dengan DPR, termasuk anggaran 2012 yang masih diberi tanda bintang oleh DPR.
Pada tahun 2004, anggaran pertahanan berjumlah Rp 21,7 triliun, pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp 33,67 triliun. Tahun 2012 mencapai Rp 72,54 triliun dan tahun depan diproyeksikan sekitar Rp 77 triliun.
Sumber : Berita Satu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar