BADAN Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diminta melarang penggunaan "robot pembunuh" dalam dunia militer. Usulan penolakan ini akan dibahas dalam pertemuan Dewan HAM PBB di Jenewa.
Dijelaskan, Lethal autonomous robotics (LARs) atau robot pembunuh saat ini memang belum dibuat tetapi digambarkan sebagai "revolusi besar berikutnya dalam kemiliteran".
Bagaimana tidak, karena robot ini bagaikan gambaran film "Terminator" yang dibintangi Arnold Schwarzenegger.
Dengan dibekali pilihan berbagai senjata, terminator bisa langsung terjun ke medan dan membunuh target tanpa intervensi manusia lebih lanjut sesaat setelah diaktifkan.
"Drone (UAV) masih menggunakan manusia sebagai pengambil keputusan untuk menggunakan kekuatan mematikannya, namun Lars memiliki komputer on-board sendiri yang mampu memutuskan siapa dan apa yang harus menjadi sasaran," kata Christof Heyns, utusan khusus PBB soal HAM seperti dilansir sky, Jumat (31/5/2013).
Dalam ringkasan laporan setebal 22 halaman, Heyns mengatakan penyebaran Lars dalam perang tidak dapat diterima karena tidak ada sistem yang memadai dan pertanggungjawaban secara hukum. "Apalagi robot tidak berhak menentukan hidup dan matinya manusia," tegasnya.
Human Rights Watch sendiri mengkoordinasi kampanye menghentikan penggunaan teknologi Robot Pembunuh.
"AS dan negara lainnya harus mendukung dan melaksanakan panggilan PBB untuk menghentikan rencana penggunaan robot pembunuh di militernya," lanjutnya.
Kemungkinan adanya pemakaian Lars menimbulkan kekhawatiran jauh tentang perlindungan manusia selama perang dan perdamaian.
Pemakaian robot pembunuh dalam perang, berarti menyerahkan kepada mesin untuk mengambil keputusan tentang siapa yang harus hidup atau mati.
"Ini dengan mudahnya memicu perang antar negara," sambungnya.
Selama ini, diketahui Amerika dan sekutunya Israel, telah menemukan teknologi ini dan menganggapnya menarik karena pengambilan keputusan oleh manusia seringkali jauh lebih lambat dibandingkan dengan robot, dan pemikiran manusia dapat ditutupi oleh emosi.
(Pelita Online)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Minggu, 02 Juni 2013
Penggunaan Robot Militer Pembunuh Ditolak Dunia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
Banyak orang yang menunggu kapan pesawat R-80 yang merupakan pengembangan dari pesawat N250 buatan Bacharudin Jusuf Habibie, atau yang lebih...
-
Ketika Indonesia mulai serius membangun armada pesawat tempur Sukhoi, datanglah godaan dari Amerika Serikat yang menawarkan pesawat tempur ...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
-
Keterlibatan Indonesia dalam pembuatan pesawat tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan, menjadi sebuah lompatan bersejarah bagi Indonesia. Hal ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar