KRI IRIAN / Sverdlov class (Project 68-bis) TNI-AL saat operasi trikora. |
Tedjo mengatakan hal tersebut saat memberikan sambutan dalam peluncuran buku “Tanah Air dan Udaraku Indonesia” yang ditulis oleh Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim di Jakarta, (29/7).
Tedjo mengatakan perkembangan teknologi di dunia telah berkembang dan geo politik dan strategi tak cukup untuk menjadi pertimbangan.
Menurutnya, udara memberikan dimensi lain dalam perkembangan teknologi informasi di Indonesia. Terlebih lagi, udara juga memberikan dimensi vital dalam pertahanan sebuah negara.
Tak lama lagi, Indonesia juga harus berhadapan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang berimbas pada peredaran ekonomi di udara menjadi lebih terbuka.
“Bukan hanya kedaulatan (negara) tapi juga keamanan penerbangan sipil harus menjadi pekerjaan rumah,” kata purnawirawan TNI berpangkat Laksamana tersebut.
Bukan tanpa alasan, Tedjo mengatakan hal tersebut lantaran udara Indonesia masih bisa dikontrol oleh Singapura bahkan hingga 100 mil masuk ke wilayah kedaulatan Indonesia.
Selain itu, masih banyaknya kesalahan penjagaan udara Indonesia harus menjadi perhatian lebih jauh. Beberapa kali pesawat negara tetangga masuk ke wilayah Indonesia dan hanya diberi denda yang kecil jika dibandingkan dengan biaya operasionalnya. (CNN)
indonesia harus membangun 8 kapal induk buat semua jenis pesawat tempur, seperti amerika
BalasHapusGan, itu gambar USS Wichita (CA-45) bkan KRI Irian lho
BalasHapus