Dr. Johannes Leimena (lahir di Ambon, Maluku, 6 Maret 1905 – meninggal di Jakarta, 29 Maret 1977 pada umur 72 tahun). |
Dr.
Johannes Leimena (lahir di Ambon, Maluku, 6 Maret 1905 – meninggal di
Jakarta, 29 Maret 1977 pada umur 72 tahun). Dirinya, adalah salah satu
pahlawan Indonesia.
Ia merupakan tokoh politik yang paling sering
menjabat sebagai menteri dalam kabinet Republik Indonesia dan
satu-satunya Menteri Indonesia yang menjabat sebagai Menteri selama 21
tahun berturut-turut tanpa terputus. Leimena masuk ke dalam
18 kabinet yang berbeda, sejak Kabinet Sjahrir II (1946) sampai Kabinet
Dwikora II (1966), baik sebagai Menteri Kesehatan, Wakil Perdana
Menteri, Wakil Menteri Pertama maupun Menteri Sosial.
Selain itu Leimena
juga menyandang pangkat Laksamana Madya (Tituler) di TNI-AL ketika ia
menjadi anggota dari KOTI (Komando Operasi Tertinggi) dalam rangka
Trikora.
Pada tahun 1914, Leimena hijrah ke Batavia (Jakarta) dimana ia meneruskan studinya di ELS (Europeesch Lagere School), namun hanya untuk beberapa bulan saja lalu pindah ke sekolah menengah Paul Krugerschool (kini PSKD Kwitang). Dari sini ia melanjutkan pendidikannya ke MULO Kristen, kemudian melanjutkan pendidikan kedokterannya STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen), Batavia. Keprihatinan Leimena atas kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib bangsa, merupakan hal utama yang mendorong niatnya untuk aktif pada "Gerakan Oikumene". Pada tahun 1926, Leimena ditugaskan untuk mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di Bandung. Konferensi ini adalah perwujudan pertama Organisasi Oikumene di kalangan pemuda Kristen.
Pada tahun 1914, Leimena hijrah ke Batavia (Jakarta) dimana ia meneruskan studinya di ELS (Europeesch Lagere School), namun hanya untuk beberapa bulan saja lalu pindah ke sekolah menengah Paul Krugerschool (kini PSKD Kwitang). Dari sini ia melanjutkan pendidikannya ke MULO Kristen, kemudian melanjutkan pendidikan kedokterannya STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen), Batavia. Keprihatinan Leimena atas kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib bangsa, merupakan hal utama yang mendorong niatnya untuk aktif pada "Gerakan Oikumene". Pada tahun 1926, Leimena ditugaskan untuk mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di Bandung. Konferensi ini adalah perwujudan pertama Organisasi Oikumene di kalangan pemuda Kristen.
Setelah lulus
studi kedokteran, Leimena terus mengikuti perkembangan CSV yang
didirikannya saat ia duduk pada tahun ke 4 di bangku kuliah. CSV
merupakan cikal bakal berdirinya GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen
Indonesia) tahun 1950. Ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Dengan keaktifannya di Jong
Ambon, ia ikut mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928,
yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Perhatian Leimena pada pergerakan
nasional kebangsaan semakin berkembang sejak saat itu. Karena adanya
perubahan sistim pendidikan kedokteran di Hindia Belanda pada tahun 1927
yaitu STOVIA ditutup dan didirikan GHS (Geneeskunde Hogeschool atau
Sekolah Tinggi Kedokteran), maka setelah menempuh setengah pendidikan
kedokterannya di STOVIA, ia sempat melanjutkan pendidikan sebagai dokter
di GHS itu di Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 1930.
Leimena
mulai bekerja sebagai dokter sejak tahun 1930 . Pertama kali diangkat
sebagai dokter pemerintah di "CBZ Batavia" (kini RS Cipto Mangunkusumo).
Tak lama ia dipindahtugaskan di Karesidenan Kedu saat Gunung Merapi
meletus. Setelah itu dipindahkan ke Rumah Sakit Zending Immanuel
Bandung. Di rumah sakit ini ia bertugas dari tahun 1931 sampai 1941.
Dizaman Jepang dan Revolusi (1942-1945) bertugas di Rumah Sakit
Tanggerang. Pada tahun 1945, Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
terbentuk dan pada tahun 1950, ia terpilih sebagai ketua umum dan
memegang jabatan ini hingga tahun 1957.
Selain di Parkindo, Leimena juga
berperan dalam pembentukan DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia, kini
PGI), juga pada tahun 1950. Di lembaga ini Leimena terpilih sebagai
wakil ketua yang membidangi komisi gereja dan negara. Ketika Orde Baru
berkuasa, Leimena mengundurkan diri dari tugasnya sebagai menteri, namun
ia masih dipercaya Presiden Soeharto sebagai anggota DPA (Dewan
Pertimbangan Agung) hingga tahun 1973.
Usai aktif di DPA, ia kembali
melibatkan diri di lembaga-lembaga Kristen yang pernah ikut
dibesarkannya seperti Parkindo, DGI, UKI, STT, dan lain-lain. Ketika
Parkindo berfusi dalam PDI (Partai Demokrasi Indonesia, kini PDI-P),
Leimena diangkat menjadi anggota DEPERPU (Dewan Pertimbangan Pusat) PDI,
dan pernah pula menjabat Direktur Rumah Sakit DGI Cikini. Pada tanggal
29 Maret 1977, J. Leimena meninggal dunia di Jakarta. Sebagai
penghargaan kepada jasa-jasanya, pemerintah Indonesia melalui Keputusan
Presiden No 52 TK/2010 pada tahun 2010 memberikan gelar Pahlawan
Nasional kepada Dr. Leimena. (Sumber Wikipedia yang diperbaiki).
Foto: Dr Leimena di Kemayoran Jakarta, pada akhir tahun 1947 menyambut kedatangan Horace Merle Cochran dari Amerika Serikat, Cochran selaku ketua Komisi Tiga Negara (KTN). KTN dibentuk dalam rangka perundingan Indonesia-Belanda 1947-1948 (Renville dan Kalurang)
Sumber : Sejarah Kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar