Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, prihatin karena masih ada 89 WNI yang masih tertahan di wilayah Aden dan belum bisa dievakuasi.
Dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin, dia katakan, beberapa hari lalu Tim Evakuasi WNI telah menyiapkan kapal laut untuk langkah evakuasi.
Namun, pada saat kapal untuk evakuasi itu merapat ke pelabuhan, ada perubahan situasi keamanan yang membuat para WNI di Aden tidak bisa keluar untuk menuju ke pelabuhan.
Terkait keadaan itu, Marsudi mengatakan, dia telah berkomunikasi dengan beberapa pihak, di antaranya Komite Palang Merah Internasional dan menteri pertahanan Arab Saudi, untuk bisa membantu proses evakuasi WNI di Yaman.
Selain itu, dia juga telah meminta wakil tetap Indonesia di PBB untuk mengikuti pembahasan di Dewan Keamanan PBB guna mendorong langkah konkret terwujudnya jeda kemanusiaan di Yaman.
"Jadi, apabila jeda kemanusiaan itu terjadi, kami bisa secara cepat melakukan evakuasi terutama di wilayah Aden, dimana 89 WNI masih berada di sana," ujar dia.
"Sejauh ini kita perlu bersyukur bahwa tim evakuasi kita kompak dan kuat. Saya mohon doa dari seluruh masyarakat Indonesia agar tim evakuasi yang berada di lapangan diberi kemudahan untuk menyelamatkan saudara kita di sana," kata Marsudi.
Menlu sebelumnya juga telah menyerukan agar semua pihak di Yaman memberlakukan jeda kemanusiaan guna memberikan kesempatan bagi warga sipil dievakuasi keluar dari Yaman.
Keadaan keamanan di Yaman, khususnya di bagian barat Yaman di sekitar kota Aden dan Sanaa semakin memprihatinkan. Kontak senjata antara pihak yang bertikai semakin meluas.
Keadaan itu mempersulit upaya evakuasi yang dilakukan dan mengharuskan Tim Evakuasi WNI untuk terus menyesuaikan skenario, langkah dan proses evakuasi. Bagaimanapun, tim evakuasi tetap berpegang pada prinsip melakukan evakuasi secara cepat, aman dan efisien.
Terkait kondisi keamanan yang tidak kondusif di Yaman, Pemerintah Indonesia kembali menyesalkan jatuhnya korban sipil dalam pertikaian di Yaman.
42 WNI dari Yaman tiba di Bali
Sebanyak 42 warga negara Indonesia (WNI) yang dipulangkan dari Yaman, Senin sore, tiba di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali, untuk transit sebelum melanjutkan perjalanan ke daerah asal mereka masing-masing.
Mereka tiba di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Ngurah Rai sekitar pukul 17.09 WITA dengan menumpangi pesawat Qatar Airlines dengan nomor penerbangan QR-962 langsung dari Doha.
Mereka terdiri dari perempuan dan laki-laki dewasa beserta anak-anak.
Namun 42 WNI itu baru keluar dari terminal sekitar pukul 20.00 WITA karena harus menyelesaikan urusan imigrasi dan menunaikan ibadah sholat.
Kedatangan 42 WNI itu pun mendapat perhatian sejumlah wisatawan yang baru tiba termasuk para penjemput karena mereka mengenakan pakaian khas yang kerap digunakan oleh warga Timur Tengah.
Perempuan menggunakan cadar hitam menutupi seluruh tubuhnya sedangkan laki-laki menggunakan penutup kepala dan baju berukuran besar.
Koordinator Evakuasi Kementerian Luar Negeri Gatot Abdulah Mansur ditemui di Terminal Kedatangan Internasional Ngurah Rai mengatakan bahwa sebagian besar WNI yang tiba dari negara yang dilanda konflik itu merupakan mahasiswa beserta keluarganya yang berasal dari tiga daerah di Tanah Air.
"Mereka semua mahasiswa dan keluarganya," ucapnya.
Sebelum tiba di Bali, mereka terlebih dahulu dievakuasi dari Kota Sanna menuju Udabiyah kemudian diterbangkan ke Saudi Arabia.
Setelah dari Saudi Arabia, mereka kemudian diterbangkan ke Kota Muskat di Oman kemudian melanjutkan penerbangan ke Doha hingga tiba di Bali.
Mereka berasal dari Makassar sebanyak 31 orang, Surabaya (10), dan Tambolaka (1).
Rencananya WNI dari Makassar akan diinapkan di salah satu hotel untuk selanjutnya berangkat kembali pada Selasa (7/4) pagi sekitar pukul 08.20 WITA.
"Sedangkan tujuan Surabaya rencananya menggunakan bus malam," imbuh Gatot.
Salah seorang WNI dari Madura, Jawa Timur, Alif Ilham mengaku bahwa memburuknya situasi di Sanaa, Yaman, membuat dirinya memutuskan untuk meninggalkan negara itu.
"Kami sangat ketakutan karena pabrik susu diledakkan sehingga banyak orang yang kerja di sana kena ledakan," katanya.
Pria yang saat ini sedang belajar di salah satu universitas di negeri itu mengaku tinggal di Udabiyah, Yaman bersama dengan 60 WNI lainnya.
Namun lima orang di antaranya, kata dia, masih bertahan di negeri yang tengah dilanda konflik bersenjata itu. (Antara)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Senin, 06 April 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Kapal berteknologi tercanggih TNI AL saat ini, KRI Klewang-625, terbakar di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur. Hingga berita i...
-
Masih ingat dengan drone combatan yang tengah dirancang Indonesia? Ya siapalagi kalo bukan Drone Medium Altitude Long Endurance Black Eagle....
-
Sistem pertahanan Indonesia diciptakan agar menjamin tegaknya NKRI, dengan konsep Strategi Pertahanan Berlapis. SISTEM Pertahanan Indonesi...
-
PT Pindad (Persero) telah mampu memproduksi produk militer kelas dunia. Mengadopsi teknologi dan ilmu dari Eropa dan NATO (North Atlantic T...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
Pengakuan soal ketangguhan Tentara Nasional Indonesia di hadapan militer dunia lainnya seakan tak habis-habis. Setelah kisah Kopaska AL ata...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
-
Mayor Agus Harimurti Yudhoyono Brigif Linud 17 Kostrad mendapatkan penghormatan, menjadi pasukan AD pertama yang menggunakan Ba...
-
Kementerian Pertahanan saat ini menunggu kedatangan perangkat alat sadap yang dibeli dari pabrikan peralatan mata-mata kondang asal Inggris,...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar