Setelah bertugas mengudara selama 35 tahun menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pesawat tempur Hawk MK-53 dipensiunkan alias dimuseumkan di Museum Dirgantara Mandala di Yogyakarta. Pesawat buatan British Aerospace ini terbang terakhir dari Lanud Iswahyudi Madiun, Jawa Timur, menuju Lanud Adi Sutjito Yogyakarta pada Kamis, 12 Maret 2015.
Sebelum diterbangkan, Skadron Udara 15 Lanud Iswahyudi Madiun melakukan farewell Hawk MK-53. Puluhan perwira dan anggota Skadron 15 Lanud Iswahyudi, membubuhkan tanda tangan pada pesawat Hawk MK-53 dengan tail number TT-5309. Setelah itu, dilakukan water salute atau semprotan air sebelum terbang.
Menurut Kolonel Iko Widyargo, Komandan Wing 3 Skadron 15 Lanud Iswahyudi Madiun, pesawat Buatan Inggris itu akan dimasukan ke dalam museum dengan pertimbangan sejarah.
“Pesawat tempur Hawk MK-53 ini memiliki sejarah panjang telah mencetak begitu banyak penerbang tempur di TNI AU, dan menjaga negara Indonesia dari udara. Agar momen itu tidak hilang, pesawat ini akan diserahkan ke museum Dirgantara Mandala di Yogyakarta oleh Kepala Staf TNI AU,” ujar Iko.
Pesawat MK-53 datang pertama kali pada 1 September 1980, secara bertahap datang ke Indonesia berjumlah 20 unit. Burung besi itu telah melakukan berbagai operasi militer. Antara lain, Operasi Militer Operasi Pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia, Operasi Militer Alfa Oscar, Operasi Militer Badik Sakti, Operasi Militer Lintas Camar, Operasi Pengamanan Udara, dan Operasi Lintas Satuan dan Operasi Militer Gabungan TNI.
“Saat ini, pesawat MK-53 tinggal enam unit, dan satu unit kita serahkan ke museum. Sebagai penggantinya, pesawat T50i Golden Eagle buatan Korea yang berjumlah 16 unit sudah ada di Lanud Iswahyudi,” kata Iko.
Menuju Lanud Adi Sutjipto Yogyakarta, Hawk MK-53 diterbangkan Komandan Skadron 15 Letkol Pnb Marda Sarjono dan Lettu Pnb Kurniadi Sukmo Djatmiko. Marda Sarjono adalah perwira AAU lulusan Tahun 1997.
“Saya telah terbang bersama MK-53 selama 1.500 jam. Pesawat ini memiliki persenjataan air to air (menembak udara ke udara) dan air to ground (udara ke tanah). Meski masih dikendalikan dalam manual technic, pesawat ini adalah terbaik pada zamannya, yaitu tahun 1980-1990-an,” ujar Marda Sarjono.
Selama menerbangkan, Marda Sarjono tidak pernah mengalami permasalahan dengan Hawk MK-53. “Peawat ini laksana istri kedua saya. Meski pesawat ini hanya bermesin satu, selalu bisa menyelesaikan misi yang saya emban dengan baik, seperti pengintaian udara bersenjata di Timor Timur tahun 2000 dan di Nusa Tenggara Timur,” tambah Marda Sarjono, yang kini memiliki 2.800 jam terbang. (VivaNews)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Jumat, 13 Maret 2015
Pesawat Tempur Hawk Dipensiunkan usai Bertugas 35 Tahun
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
Salute.....bravo MK53 HS HAWK
BalasHapusSalute.....bravo MK53 HS HAWK
BalasHapus