Rilis resmi awal akan dibeli 1 skuadron atau 16 unit, namun setelah dievaluasi diputuskan sementara hanya 12 unit SU-35 BM namun dipastikan sudah full persenjataan lengkap. Dari pihak Rusia pun menyangupi dapat memenuhi permintaan pesanan pemerintah yang menginginkan adanya unsur TOT dalam pembelian ini. Diperkirakan pada tahun 2019 jika tidak ada hambatan 12 unit pesenan TNI AU akan terpenuhi, dengan asumsi setahun dikirim 2-3 unit pesawat, disesuaikan dengan anggaran militer TNI per tahun.
Lewat perumusan, pemikiran dan melihat sumber dana yang ada, maka pilihan jatuh kepada pesawat sukhoi SU-35 BM dengan alasan bahwa pihak TNI Angkatan Udara telah “terbiasa” dalam mengunakan jenis pesawat sukhoi ini karena SU-35BM adalah pengembangan dari SU-27 Flanker yang sejak tahun 2004 telah menjadi penghuni skuadron 11.
Alasan lain adalah kemampuan tekhnisi TNI AU dalam merawat dan menjaga kualitas pesawat jenis Sukhoi telah terbukti dan teruji sangat baik. Hingga saat ini tidak ada satu pun pesawat sukhoi TNI AU yang mengalami insiden berarti.
Jika kita berandai andai pesawat sukhoi SU-35BM ini kelak akan menjadi pelengkap arsenal alusista TNI AU maka diperkirakan telah lengkap dan full persenjataannya, baik roket, rudal, bom yang akan digendongnya. Keuntungan lainnya jenis senjata dan rudal yang akan diusungnya pun dapat diambil dari stok pada pesawat sukhoi lain.
Apa saja kira kira senjata dan roket serta rudal yang dapat diusung oleh SU-35 BM jika nanti telah resmi memperkuat TNI Angkatan Udara. Dari sekian jenis rudal pesawat Sukhoi TNI AU sebut saja Rudal R-73 yang dapat dipakai oleh jenis SU-27/30 dan juga SU-35BM.
Rudal R-73 ( NATO CODE : AA-11 Archer)
Kedatangan secara bertahap jet Su27/Su30 membawa banyak harapan pada adopsi alutsista, termasuk di lini rudal. Tapi nyatanya, karena keterbatasan anggaran, sejak kedatangan Sukhoi gelombang pertama pada tahun 2004, maka baru sekitar tahun 2012 armada Sukhoi Skadron Udara 11 ini dibekali senjata berupa rudal. Selama hampir 10 tahun, Sukhoi hanya dibekali kanon internal dan bom lokal Sungguh komposisi senjata yang amat memprihatinkan, mengingat tantangan tugas yang berat.
R-73 (AA-11 Archer – dalam kode NATO), bisa disebut inilah rudal yang punya komparasi full dengan Sidewinder. Bila Sidewinder menjadi lambang supremasi AAM jarak dekat AS dan NATO, maka R-73 pun menjadi andalan sejak era Uni Soviet dan Pakta Warsawa. Dan, serupa dengan Sidewinder, R-73 pun terdiri dari beragam varian.
Rudal R-73 pertama kali dikembangkan pada tahun 1973 oleh Vympel NPO. Dan setelah lewat serangkaian uji, R-73 mulai digunakan oleh uni Soviet pada tahun 1982. Serupa dengan Sidewinder, R-73 juga mengincar panas yang dihasilkan target, yakni dengan pemandu sensor infra merah (infra red guided) all aspect. Ini artinya R-73 dapat menghajar target dari beragam sudut dan posisi. Rudal ini dipersiapkan untuk meladeni dog fight paling berat sekalipun, yaitu hingga level 12G, tidak itu saja, R-73 secara teori dapat dioperasikan dari segala kondisi cuaca, dan hebatnya lagi rudal ini sudah anti jamming.
Rudal R-73 dapat diintegrasikan dengan helm pilot, memungkinkan pilot untuk membidik sasarannya dengan hanya melihatnya saja. R-73 ditenagai oleh sebuah mesin roket berbahan bakar padat (solid fuel rocket engine). Untuk bermanuver, R-73 memiliki empat sirip kontrol yang terletak di bagian depan serta stabilizer di bagian belakang sayap. Tak kalah dengan Sidewinder terbaru, R-73 juga memiliki thrust-vectoring yang memungkinkannya untuk melakukan manuver paling ekstrim sekalipun.
Rudal R-73 yang saat ini diproduksi oleh Tbilisi Aircraft Manufacturing dapat menguber sasaran hingga kecepatan 2.5 Mach. Dari berat totalnya yang 105 kg, 7,4 kg di dalamnya berupa hulu ledak. Bagaimana dengan soal jangkauan ?. Untuk yang satu ini R-73 punya perbedaan antar varian. Untuk tipe R-73E (20 km), R-73M1 (30 km), dan R-73M2 (40 km). Manakah diantara ketiganya yang dimiliki Indonesia ?. Yang dimiliki TNI AU adalah versi R-73M1/M2, sebab rudal yang dikembangkan sejak 1994 ini telah ditingkatkan kemampuan IRCCM (Infra red counter-counter measure), selain sistemnya sudah full digital.
Berapakah R-73 yang dimiliki TNI AU ? Menurut laporan SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute), lembaga independen internasional yang didedikasikan untuk penelitian konflik, persenjataan, pengawasan senjata dan perlucutan senjata yang bermarkas di Swedia, disebutkan, pada tahun 2011 tercatat transaksi pengadaan 75 unit R-73 oleh Indonesia.
RUDAL KH-31 KRYPTON
sementara rudal lain yang bisa dipasang pada SU-35BM Adalah rudal KH 31 krypton yang menjadi rudal pemburu mematikan lain menjadi andalan SU 27/30/35 Family.
Rudal KH-31 Krypton dirancang untuk melumpuhkan sistem pertahanan musuh. Untuk itu dibuat dengan memiliki kecepatan sangat tinggi, terbang jauh, anti-radar dan bisa mematikan penjejaknya saat diserang.
Untuk mendapatkan kecepatan yang sangat tinggi, rudal Rudal Kh-31 didorong oleh 5 roket booster dan ramjet yang dipadukan dalam dual roket pendorong. Bentuknya dibuat oleh biro disain Soyuz di Turayevo.
KH-31 Krypton memiliki panjang 5,2 meter dengan berat 600 Kg dan mampu menembak sejauh 200 km. Rudal ini ditugaskan untuk menghancurkan radar, dia tidak dibebani hulu ledak besar, melainkan hanya 90 Kg. Namun misil ini bisa terbang dari 165 hingga 49.000 feet, dan sangat cocok jika dipasangkan pada SU-35BM nanti jadi jika kelak pesawat sukhoi SU-35BM telah datang maka senjata rudal yang diusung oleh sukhoi SU 27/30, akan dapat langsung dapat dipasang pada Sukhoi jenis SU-35 BM, sambil menungu jalannya projek IFX/KFX bersama Korea selatan. (Sandi Yudha | JKGR)
semestinya 70 unit yang di pesanan 4 skuadron su 35 bm , di tempatkan di bagi kan indonesia bagian selatan, utara, timur dan barat karena pesawat tempur sukhoi su 35 bm sangat handal kuat, bisa mengalakan f22 buatan pabrikan amerika yang sudah berjejer di 12 kapal induk amerika
BalasHapusidealnya sich 5 skadron, 2 su 34 fullback, 3 su 35 bm ,, tapi karena anggaran nya mampet, ya 12 unit full persenjataan jg gpp daripada ga sama sekali ,,
BalasHapusF-22 pnya dan didesain bwt USAF, udh ga mngkin mreka beroperasi dari kapal pnya US Navy
BalasHapusBeritanya sdh lama terdengar, tapi realisasi nya blm jg ada.selalu saja berita yg blm ada ujung pangkalnya.benar2 negara kita yg tercinta lambat utk bereaksi terhdp bahaya jika terjadi konflik yg mulai beralih di Asean.para pimpinan yg terhormat diatas benar2 asyik dgn kepentingan dan bagi2 kekuasaan....benar2 capek dan malas rakyat indo menginginkan negara ini bisa punya harga diri dan kebanggaan seperti jaman pak sukarno
BalasHapusBeritanya sdh lama terdengar, tapi realisasi nya blm jg ada.selalu saja berita yg blm ada ujung pangkalnya.benar2 negara kita yg tercinta lambat utk bereaksi terhdp bahaya jika terjadi konflik yg mulai beralih di Asean.para pimpinan yg terhormat diatas benar2 asyik dgn kepentingan dan bagi2 kekuasaan....benar2 capek dan malas rakyat indo menginginkan negara ini bisa punya harga diri dan kebanggaan seperti jaman pak sukarno
BalasHapusPertanyaannya cuma 1 : Uangnya ada apa nggak...?
BalasHapus