Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan sembilan resep untuk menangani konflik. Ia meyakini setiap konflik dipastikan akan ada solusinya.
Presiden menyampaikan hal itu saat menghadiri peluncuran Jurnal Strategic Review dan Forum Strategic Review yang pertama. Strategic Review merupakan jurnal triwulan yang berisi kumpulan tulisan mengenai masalah-masalah kepemimpinan, kebijakan, dan hubungan internasional. Edisi terbaru terbit dengan sebagian besar mengenai Indonesia.
Menurut Pemimpin Redaksi Strategic Review Hasan Wirayuda, walaupun setengah isinya membahas Indonesia, tetap ada porsi untuk isu-isu regional dan global.
"Ini sesuatu yang baru bagi Indonesia, jurnal kebijakan berbahasa Inggris yang bertujuan untuk mengembangkan jangkauan pemikir-pemikir terbaik di Indonesia dan berinteraksi dengan dunia," ujar Hasan Wirayuda, yang juga mantan Menteri Luar Negeri KIB I.
Dalam pidatonya, SBY mengatakan diperlukannya tekad di samping kesabaran untuk menyelesaikan konflik untuk terciptanya perdamaian seperti yang diharapkan. Terutama konflik yang terjadi berlarut-larut.
Pertama, Presiden menyebutkan adanya kombinasi yang tepat dari peristiwa, kepentingan, perubahan generasi, dan para pemimpin untuk membuka situasi yang kondusif. Dalam hal ini perlunya kombinasi kesabaran dan tekad. Kedua, mengetahui profil dari konflik untuk mencari formula yang tepat untuk mengatasinya, mengingat setiap konflik berbeda satu dengan lainnya.
Ketiga, lebih lebih baik untuk mencegah konflik sebelum terjadi, dari pada mengatasinya setelah letusan pertikaian. Untuk itu, ujarnya, memiliki alat yang tepat untuk deteksi dini sangat penting bagi pemerintah, guna mencegah meletusnya konflik kekerasan. Presiden menegaskan, intelijen memegang peranan penting untuk menilai situasi dengan akurat.
Keempat, rekonsiliasi dan resolusi konflik membutuhkan kepemimpinan yang tepat. Fungsi kepemimpinan di sini untuk mengarahkan dan mendorong proses politik. SBY mengatakan pemimpin mesti memiliki keberanian untuk membuat keputusan sulit, dan mengambil risiko.
Kelima, ketika konflik tidak dapat diselesaikan, mesti ada upaya untuk mengelolanya agar bisa terkendali. Upaya tersebut, ujarnya, juga dinilai bisa diterapkan dalam menyelesaikan masalah di Laut China Selatan atas pihak yang terlibat dalam perselisihan teritorial dan yurisdiksi.
Keenam, selalu membuka kesempatan untuk mendapatkan solusi.
Ketujuh, memajukan rekonsiliasi dan resolusi konflik, dengan membantu untuk mengadopsi, pragmatis fleksibel, berwawasan ke depan pendekatan. Sebaliknya, ujarnya, pendekatan yang kaku malah dinilai cenderung tidak akan memberikan hasil yang diharapkan.
Kedelapan, untuk mencapai dalam kesepakatan perdamaian adalah membangun kepercayaan antara aktor dalam konflik. Seperti dalam perundingan Aceh, kata Presiden, ada ada waktu kritis, titik balik, ketika negosiasi untuk saling mendengarkan daripada berbicara.
Kesembilan, upaya menciptakan perdamaian yang membutuhkan cara sistemik, dan upaya jangka panjang.
Sumber : Metro News
ke 8 jgn jadi penakut
BalasHapus