PT Pindad punya tiga produk varian Senapan Penembak Runduk (SPR) atau senapan sniper anti material tank yang berkualitas dunia, yakni SPR-1, SPR-2, dan SPR-3.
Senapan ini bisa menembus baja yang tebalnya 3 sentimeter dari jarak
900 meter. Senapan ini memungkinkan penembak untuk mengatur ketinggian
posisi dan stabilitas senapan dengan cara mengatur bipod pada bagian
bawah depan laras, melihat sasaran dengan alat bidik tipe teleskop
menjadikannya senapan runduk dengan akurasi yang tinggi.
Senapan runduk ini tersedia dalam tiga varian yaitu SPR-1 dan SPR-3
diisi dengan peluru kaliber 7,62 x 51 mm, sedangkan SPR-2 diisi dengan
peluru kaliber .50 BMG atau 12,7x99mm.
Senapan ini diciptakan untuk menjawab kebutuhan militer Indonesia
akan jenis senapan runduk dengan kemampuan tinggi dan harga yang lebih
terjangkaujika dibandingkan senapan runduk seperti senapan runduk
Zastava M93 Black Arrow buatan Yugoslavia.
SPR-1
Senapan ini jika dilihat sekilas bisa dikatakan versi militer untuk senapan runduk olahraga standar tipe bolt action,
dengan mengadopsi model senapan Remington 700, peluru tipe 7,62 x 51 mm
dimasukan satu persatu secara manual karena senapan ini tidak
dilengkapi magazen (magazen chamber).
Dengan bipod, popor model thumb-hole stock dan cheekpiece
(dudukan pipi penembak) yang dapat diatur ketinggiannya, dilengkapi
dengan alat bidik optik menjadikannya senapan runduk yang memiliki
tingkat stabilitas dan akurasi tinggi dalam jarak 500 sampai 900 meter.
SPR-2
Spesifikasi dasar dari senapan SPR-2 hampir sama dengan tipe SPR-1 dengan masih mengadopsi sistem mekanisme bolt action akan tetapi memiliki fitur yang lebih baik dari versi sebelumnya antara lain memiliki magazine chamber, posisi popor yang dapat diatur, dan kemampuan menembus plat baja setebal 2 cm dalam jarak 500 meter.
Hal ini dimungkinkan karena SPR-2 menggunakan peluru kaliber .50 BMG
sebagaimana yang digunakan oleh “Heavy Sniper Rifles” atau “Anti
Material Rifles” lainnya.
Dengan berat sekitar 16 Kg, senapan ini juga memiliki dimensi yang
sangat besar. Kendati terilhami produk-produk senapan antimaterial yang
sudah ada, kehadiran SPR-2 cenderung desain sendiri dari PT Pindad.
Walaupun pada sebagian sosok, masih mengambil desain dari senapan
Zastava Black Arrow M93 buatan Serbia dan Mechem NTW-20 buatan Afrika
Selatan.
SPR-2 diharapkan mampu menjadi salah satu produk senjata unggulan
dalam negeri 2007, yang kehadirannya dapat menjadi varian produk impor
sejenis asal Yugoslavia, Black Arrow M93. Kedua senapan antimaterial ini
sama-sama menggunakann peluru kaliber 12,7 mm x 99 (umum pula disebut
kaliber .50) dengan isian magasen lima peluru.
Kehadiran SPR-2, membuat produk serupa yang sudah muncul dan
dipergunakan berbagai angkatan bersenjata di dunia, menjadi sedikitnya
25 jenis. Sebelumnya, sudah ada produk sejenis, misalnya Gepard M1/M2
(Hongaria, kaliber .50), Barret M82, M90 dan M95, M99, serta M-107
(Amerika, kal .50), SVN-98 (Rusia, kaliber 12,7 mm x 108), Steyr
IWS-2000 (Austria, kal .50 dan 12,7 mm x 108), PGR UM-Hecate (Prancis,
kal .50), AI AS (Inggris, kal .50), NTW-20 (Afrika Selatan, kal 20 mm),
dll.
Menurut Desain Ghrapic Divisi Senjata PT Pindad, Dede Tasiri,
diharapkan dapat memberikan efisiensi bagi TNI jika dibandingkan produk
impor. Dari hitungan, produksi SPR-2 harga lebih murah dan fungsi sama
hebatnya, apalagi jika dibandingkan Black Arrow M93 yang harganya di
atas Rp 1 miliar per pucuk dan diketahui banyak yang sudah rusak.
SPR-3
Memiliki fitur sama dengan SPR-2 tetapi senapan runduk SPR-3 ini
mempunyai kemampuan jarak tembak sejauh 700 meter dengan kemampuan
penetrasi pada plat baja setebal 3 cm.
Senjata mahal
Penggunaann senapan penembak jitu antimaterial, sudah digunakan sejak
Perang Dunia II (1939-1945) oleh pasukan Nazi Jerman (Mauser
Tank-Gewehr Model 1918, kaliber .51), Jepang (Tipe 97, kaliber 20 mm),
dan Inggris (Boys Antitank Rifle, kaliber .55). Ketiga pasukan tersebut
menggunakannya untuk menghantam masing-masing musuhnya, yang berlindung
di balik tembok atau berada dalam kendaraan lapis baja.
Usai perang, berbagai negara terutama Amerika, Inggris, Prancis, dan
negara-negara Eropa Timur kemudian mengembangkan dengan menggunakann
peluru kaliber .50 (disebut pula 12,7 mm x 99) dan kaliber 12,7 mm x
108, yang menjadi standar senapan mesin berat merekaa. Dari berbagai
negara yang ikut memproduksi senapan antimaterial, Jerman, Amerika, dan
Rusia, yang paling banyak membuat aneka produknya sejenis.
Senapan penembak jitu antimaterial, di pasaran harganya rata-rata
sangat mahal sehingga negara-negara pembeli dan dari non- produsen yang
keuangannya cekak, biasanya terbatas memiliki.
Sumber : http://indonesiaproud.wordpress.com/2011/11/01/spr-senapan-sniper-anti-material-tank-buatan-pindad/
pt pindad gak mau kayak israel melalui iwi yang bisa jual senjata ke usa atau worlwide gitu
BalasHapus