Pihak penyelenggara, Para Pembicara dan Delegasi TNI AU berfoto bersama ketika Konferensi Internasional ”Airborne Special Mission” di Hotel Sultan Jakarta (3/7) (Foto : Dispenau) |
Dalam konferensi tersebut dibahas masalah ancaman keamanan regional terutama dalam sektor maritim yang meliputi Operasi udara Kontra Bajak laut, Pengawasan Udara pada ZEE, Operasi Udara Pengamanan perbatasan, Pelindungan Udara Perikanan lepas Pantai, Perlindungan dari perampokan di perairan, Search & rescue, pengintaian Udara pada Human Trafficking, Proyek multi fungsi pengamatan maritim, Operasi gabungan keamanan maritim serta operasi udara untuk antisipasi dan penanggulangan bencana. serta perkembangan teknologi penerbangan yang menunjang keberhasilan pengamanan maritim.
Konferensi Internasional yang telah dibuka Kalahar Bakorkamla Laksamana Madya Bambang Suwarto, Senin (1/7) dihadiri perwakilan dari Angkatan Bersenjata negara-negara luar dan para stakeholder dalam negeri dari Kemhan, Mabes TNI, TNI AU, TNI AD, TNI AL, Kepolisian, Bakorkamla, Basarnas, BNPT, para diplomat, pakar kedirgantaraan dan militer, kalangan intelijen dan dari media nasional.
Tampil sebagai Pembicara pertama adalah Air Station Commander Malaysian Maritime Enforcement Agency (MMEA) Malaysia Captain Maritime Norhaizad bin Ismail dengan bahasan ”Coastal Fisheries Protection” dengan inti pembahasan cara memberikan perlindungan bagi para pelaku perikanan lepas pantai sehingga aman dari tindakan kejahatan di lautan.
Pembahasan yang sangat menarik dibawakan oleh Captain (Rt) U.S Navy Kenneth C.Klothe dengan tema ”Special Mission Aircraft & the Differing Levels of Airborne Intelligence Gathetring ”. Yaitu membahas perkembangan teknologi penerbangan guna menunjang kegiatan intelijen seperti mengumpulkan data dari signal yang di pantulkan ke permukaan sehingga diperoleh data penting tentang keberadaan insurjen/musuh bahkan dapat mendekteksi bom yang tertanam didaerah tersebut. Dicontohkan bagaimana keberhasilan intelijen USA di Iraq, Afganistan dll dalam mendeteksi keberadaan tentara lawan dengan menggunakan peralatan penginderaan yang tepat.
Pembicara dalam konferensi hari ketiga berasal dari Malaysia, Seychelles, United Kingdom, USA, dan negara Uni Eropa lainnya. Selama Konferensi, peserta menerima materi paparan tentang sistem pengawasan wilayah terutama dalam sektor maritim dan alutsista berbasiskan tehnologi modern yang digunakan dalam operasi udara khusus. Pihak penyelenggara juga mengadakan Ekshibisi Teknologi atau pameran teknologi kedirgantaraan dan maritim terbaru oleh beberapa industri Uni Eropa.
Dengan pelaksanaan konferensi ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan jaringan kerjasama yang menguntungkan bagi pengembangan kekuatan dan kemajuan kedirgantaraan militer Indonesia. (MPI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar