Cari Artikel di Blog Ini

Minggu, 30 Juni 2013

Sejarah dan Peran POLRI Sebagai Penjaga Keamanan Masyarakat

Sejarah Kelahiran
 
Keberadaan Polri sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari perjalanan sejarah Indonesia pada masa kerajaan. Pasalnya, bibit awal terbentuknya kepolisian telah ada sejak zaman kerajaan Majapahit. Ketika itu, Patih Gajah Mada membentuk pasukan pengamanan yang disebut dengan Bhayangkara. Tugas Bhayangkara ialah melindungi raja dan kerajaan. Nah, kini kalian mengetahui dari mana sebutan Hari Bhayangkara itu. Sebagai penghormatan terhadap Gajah Mada, Polri pun menggunakan sosok sang patih sebagai simbol lembaga dan menjadikan Bhayangkara sebagai nama pasukan kepolisian.


Sejarah dan Peran POLRI Sebagai Penjaga Keamanan Masyarakat

Setelah melewati masa kerajaan, Indonesia mengalami masa-masa penjajahan kolonial Belanda. Pada masa itu, pembentukan pasukan keamanan diawali dengan pembentukan pasukan jaga yang diambil dari orang-orang pribumi. Pasukan jaga tersebut bertugas menjaga aset dan kekayaan orang-orang Eropa di Hindia Belanda. Ada beberapa macam pasukan kepolisian ketika masa Hindia Belanda itu, di antaranya polisi lapangan (veld politie), polisi kota (stands politie), polisi pertanian (cultur politie), dan polisi pamong praja (bestuurs politie). Kepolisian modern Hindia Belanda pun dibentuk pada 1897 sampai 1920 dan lembaga itu merupakan cikal bakal dari terbentuknya Polri saat ini.


Keberadaan Polri juga tidak bisa dilepaskan dari catatan sejarah pada masa pendudukan Jepang.


Pada masa itu, Jepang membagi wiliyah kepolisian Indonesia menjadi Kepolisian Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta, Kepolisian Sumatra yang berpusat di Bukittinggi, Kepolisian wilayah Indonesia Timur berpusat di Makassar, dan Kepolisian Kalimantan yang berpusat di Banjarmasin.

Tiap-tiap kantor polisi di daerah, meskipun dikepalai oleh seorang pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tetapi selalu didampingi oleh pejabat Jepang yang disebut sidookaan. Dalam praktiknya sidokaan lebih berkuasa dari kepala polisi. Memasuki masa awal kemerdekaan Indonesia (periode 1945-1950), tidak lama setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, pemerintah militer Jepang membubarkan Pembela Tanah Air (Peta) dan Gyu-Gun. Sementara itu, polisi tetap bertugas termasuk ketika Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sejak itulah kepolisian secara resmi menjadi kepolisian Indonesia yang merdeka.

Pada awalnya, kepolisian berada dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya bertanggung jawab akan masalah administrasi. Sementara itu, untuk masalah operasional, Djawatan Kepolisian Negara bertanggung jawab kepada jaksa agung. Dalam perkembangannya, pada 1 Juli 1946 melalui Penetapan Pemerintah Tahun 1946 No 11/S.D, Djawatan Kepolisian Negara bertanggung jawab langsung kepada perdana menteri. Nah, tanggal 1 Juli itulah yang kemudian dijadikan sebagai Hari Bhayangkara.

Kesatuan Elite
Setelah mengetahui sejarah kelahiran Polri, kalian tentu ingin mengetahui kesatuan-kesatuan yang ada di lembaga tersebut. Dari sekian banyak kesatuan di tubuh Polri, ada beberapa yang merupakan kesatuan elite. Berikut profil masing-masing kesatuan elite tersebut.

Brigade Mobil (Brimob)
Awalnya, Brimob bernama Pasukan Polisi Istimewa yang bertugas melucuti senjata tentara Jepang, melindungi kepala negara, dan mempertahankan Ibu Kota ketika masa kemerdekaan. Di bawah pimpinan Inspektur Polisi I Moehammad Jasin, pasukan Polisi Istimewa memelopori pecahnya pertempuran 10 November 1945 melawan tentara Sekutu. Bisa dikatakan Brimob merupakan kesatuan paling pertama di Indonesia.

Sebagai ganti dari Pasukan Polisi Istimewa, Perdana Menteri Sutan Sjahrir membentuk Mobile Brigade (Mobrig) pada 14 November 1946. Tanggal itu pula ditetapkan sebagai hari jadi Brimob yang dikenal juga dengan sebutan Korps Baret Biru. Mobrig pun akhirnya berganti nama menjadi Brimob pada 14 November 1961 bersamaan dengan diterimanya penghargaan Pataka Nugraha Sakanti Yana Utama bagi korps tersebut.

Pada masa kini, Brimob memiliki beberapa fungsi utama, yaitu menanggulangi situasi darurat, membantu tugas kepolisian kewilayahan, serta menangani kejahatan dengan tingkat intensitas tinggi yang menggunakan senjata api dan bahan peledak. Mereka juga dilatih khusus untuk menangani demonstrasi massa. Dalam bertugas, pasukan Brimob dilengkapi dengan perlengkapan antihuru-hara khusus.

Gegana
Pasukan Gegana yang mulai ada sejak tahun 1976 itu memiliki tiga tugas utama, yakni mengatasi aksi teror, search and rescue (SAR), dan penjinakan bahan peledak (jihandak). Dalam melakukan operasi, pasukan Gegana biasanya dibagi ke dalam beberapa unit. Untuk satu operasi biasanya dilakukan oleh satu unit yang terdiri dari 10 orang.

Dari ke-10 personel tersebut, masing-masing harus memiliki kemampuan khusus, yakni dua orang memiliki kemampuan lebih di bidang jihandak, dua orang di bidang SAR, dua personel lainnya merupakan ahli teror, dan sisanya merupakan tim pendukung.

Khusus untuk SAR, personelnya dituntut memiliki beberapa kemampuan dasar, di antaranya menyelam, repling, jumping, menembak, dan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Demikian pula halnya dengan operator jihandak, secara umum sudah diperkenalkan terhadap bom dan bagaimana cara menjinakkannya.

Detasemen Khusus 88 (Densus 88)
Detasemen Khusus 88 bertugas dalam penanggulangan teroris di Indonesia. Pasukan khusus berompi merah ini dilatih khusus untuk menangani segala ancaman teror, termasuk teror bom. Oleh karena itu, beberapa anggota Densus 88 juga merupakan anggota tim Gegana.

Unit khusus yang dibentuk pada 26 Agustus 2004 itu memiliki 400 personel yang terdiri dari ahli investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom), dan unit pemukul. Selain itu, ada pula personel yang ahli dalam menembak alias penembak jitu. Mengenai angka 88 yang menyertai nama pasukan khusus ini, memiliki makna khusus yakni tidak terputus dan terus menyambung. Maksudnya, pekerjaan Densus 88 terus berlangsung dan tidak kenal berhenti. Selain itu, angka 88 juga menyerupai borgol yang bermakna polisi serius menangani kasus-kasus terkait teror terhadap keamanan negara. (Rachmawati Devi | KJ



Selamat Hari Bayangkara ke-47 , 1 Juli 2013.

1 komentar:

Lazada Indonesia

Berita Populer

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters