Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbagi kiat dalam menangani konflik di Aceh dan membangun rekonsiliasi hubungan bilateral Indonesia-Timor Leste dengan delegasi Dewan Perdamaian dan Rekonsiliasi Asia (APRC).
"Tadi disampaikan misi APRC dan Presiden kemudian berbagi kiat-kiat dalam menangani konflik di Aceh dan rekonsiliasi hubungan dengan Timor Leste," kata Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa, seusai mendampingi Presiden menerima kunjungan kehormatan delegasi APRC.
APRC ini, kata Faizasyah, adalah organisasi nonpemerintah yang terdiri dari para mantan kepala negara dan menteri luar negeri yang peduli dengan perdamaian dan proses rekonsiliasi di kawasan.
Dalam pertemuan yang berlangsung lebih kurang 45 menit itu, kata Faizasyah, juga dibahas sejumlah isu penting antara lain perkembangan di Laut China Selatan dan Suriah.
Sementara itu terkait kawasan Asia Tenggara, tambah dia, dibahas mengenai situasi di Myanmar dan Thailand.
Menurut Faizasyah, delegasi APRC menyampaikan bahwa hal yang paling utama dalam mewujudkan perdamaian dan rekonsiliasi adalah kesediaan dari pihak-pihak yang terlibat.
Delegasi yang diterima Presiden petang itu adalah Ketua APRC Surakiart Sathirathal, Wakil Ketua Tun Abdullah Ahmad Badawi (mantan Perdana Menteri Malaysia), Wakil Ketua Shaukat Aziz (mantan Perdana Menteri Pakistan), Jusuf Kalla (mantan Wakil Presiden Indonesia), Hassan Wirajuda (mantan Menlu Indonesia), Shunmugam Jayakumar (mantan Wakil Perdana Menteri Singapura), Tan Sri Dato Seri Syed Hamid Albar (mantan Menlu Malaysia), Tej Bunnag (mantan Menlu Thailand), Weerasak Kowsurat (mantan Menteri Pariwisata dan Olahraga Thailand), Jose Isdro Camacho (mantan Menkeu Filipina), Virasakdi Futrakui (Sekjen APRC), dan Juha Christensen (Direktur untuk Arsitektur Perdamaian dan Persekutuan Transformasi Konflik).
Sementara itu Presiden Yudhoyono didampingi oleh antara lain Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam.
Sumber : Antara
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Rabu, 23 Januari 2013
Presiden berbagi kiat penanganan konflik Aceh dengan APRC
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
Banyak orang yang menunggu kapan pesawat R-80 yang merupakan pengembangan dari pesawat N250 buatan Bacharudin Jusuf Habibie, atau yang lebih...
-
Ketika Indonesia mulai serius membangun armada pesawat tempur Sukhoi, datanglah godaan dari Amerika Serikat yang menawarkan pesawat tempur ...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
-
Keterlibatan Indonesia dalam pembuatan pesawat tempur KFX/IFX dengan Korea Selatan, menjadi sebuah lompatan bersejarah bagi Indonesia. Hal ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar