Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Pramono Edhie Wibowo lebih memilih membeli helikopter Black Hawk daripada Apache.
Sebab harga Apache lebih mahal dua kali lipat daripada Black Hawk. "Kami masih mengkaji terus. Black Hawk menjadi pilihan bagus," kata Pramono di Mabes TNI AD, Senin (25/2).
Dijelaskannya, pada awal kunjungan ke pabrik helikopter di Amerika Serikat, harga Apache sebenarnya masih standar. Meski tidak menyebut harga, Pramono tampak kecewa ketika menjelang persetujuan pembelian harganya meningkat.
Karena hanya mendapat alokasi 200 juta dolar AS, pihaknya akhirnya lebih membeli helikopter Black Hawk. "Harga tidak boleh dinaikkan. Pas datang harga sesuai, pasti deal harga naik. Siapa yang menaikkan? Saya tidak tahu," cetus Pramono.
Terkait pengadaan tank tempur utama Leopard, Pramono mengatakan tinggal penyelesaian pembayaran. "Leopard pada tahap penyelesaian di Kemenhan," ujarnya.
Alasan Kemenhan 'Kebelet' Beli Black Hawk
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro berharap pembelian helicopter tempur untuk Mabes TNI AD bisa selesai tahun ini. Ini karena Kementerian Keuangan dan Badan Perencanaan Pembagunan Nasional sudah setuju. Dana yang siap digelontorkan sebesar 200 juta dolar AS alias Rp 1,9 triliun.
Alasan lainnya, kata dia, sisa waktu pemerintahan sekarang secara efektif tinggal setahun. "Jika tidak bisa segera diselesaikan maka takutnya program yang dirancang tidak bisa berkelanjutan," kata dia, Jumat (15/2).
Kepala Badan Saranan Pertahanan Kemenhan Mayjen Ediwan Prabowo menambahkan, dana alokasi yang sudah disetujui sebesar 200 juta dolar AS untuk pembelian Black Hawk. Hasil diskusi dengan perwakilan Pentagon, kata dia, dengan alokasi dana sekarang hanya dapat delapan helokopter Apache.
Adapun jika dialokasikan untuk Black Hawk maka bisa mendapat 20 unit. Hanya saja, sambungnya, melihat mendesaknya modernisasi alutsista, Kemenhan meminta kenaikan dana hingga 400 juta dolar AS.
"Apache adalah helikopter serang kualifikasi paling tinggi di tataran dunia dan termasuk bisa menyerang tank lapis baja. Saingannya helikopter Cobra dari Eropa," kata Ediwan.
"Untuk Black Hawk, bisa buat mengangkut pasukan dan helikopter serbu," imbuhnya.
Terkait penempatan helikopter, Ediwan menambahkan, kebijakan itu diserahkan kepada Mabes TNI AD selaku pengguna.
Sebelumnya, KSAD Jenderal Pramono Edi Wibowo, menjelaskan akan membeli Black Hawk 20 unit dari AS. TNI AD, kata dia, juga memesan 20 unit helikopter serba guna jenis Bell 412 EP. (Republika)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Senin, 25 Februari 2013
Pilihan KSAD Jatuh Pada Helikopter Black Hawk
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
Malu sekali membaca artikel ini: "Harga tidak boleh dinaikkan. Pas datang harga sesuai, pasti deal harga naik. Siapa yang menaikkan? Saya tidak tahu," cetus Pramono.
BalasHapusKenapa harus begitu ya? harganya kok terus naik. Kepala Staf AD saja sampai bingung. He3... Untung beliau santun dg tdk menyebut harga aslinya Apache.
Apa ceritanya sama dg Sukhoi dan Frigate kita?
Miris sekali ya. mungkin kisah friget dan leopard dari "holland bakery" juga seperti ini. Indonesia negara bsar dan berdaulat masa sih cuma bisa mengikuti keinginan mereka... Tegas sedikit dong para penguasa negeri...!!!
Hapusitu permainan supaya kita (indo) tidak akan pernah memilikinya yg bisa mengancam saudaranya yaitu singo cilik dan ausse,pertanyaanya kenapa keamerika sedangkan di paman rusia juga banyak soal kwalitas juga gak kalaah harga juga pasti lebih murah ,kalau gak salah sebut k 50 juga gak kalah hebat dg apache ,,,,,,,,,mumet ,,,,,,,mumet,,,,,,mumet,,,,,,
BalasHapusmending di alihkn ke Rusia aj dripd dmainin sipakde sam ...
BalasHapuslebih baik tuh gandiwa di teruskan ....nda usa bergantung apache ....banyakin rudal product sendiri....masa kalah sama turki yg bisa buat helicopter tempur sendiri.....eitsz..kalo bisa tuh helicopter tempur gandiwa di buat tanpa awak....mantap
BalasHapusbetul sekali, seandainya pemerintah serius bisa saja projek gandewa dilanjutkan, tidak sebatas rencana dan prototype saja.... PT. Dirgantara Indonesia memiliki kemampuan dalam rancang bangun helikopter tinggal dikembangkan saja...
Hapus