Pengamat teroris, Al Chaidar meyakini, bahwa video teror yang beredar di youtube dengan judul "Risalah Kepada Umat Islam di Kota Poso", diperankan oleh buronan jaringan teroris, Santoso yang didampingi oleh anak buahnya.
"Ini benar dia adalah Santoso yang selama ini diburu oleh Densus 88 Antiteror," jelas Chaidar saat dihubungi wartawan, Rabu (10/7/2013).
Chaidar mengatakan, alasan kuat Santoso membuat video tersebut adalah untuk mencari bantuan kepada seluruh umat muslim di Indonesia. "Motifnya mereka ingin mencari bantuan kepada umat muslim. Terutama, bantuan keuangan dan persenjataan dan personel menjadi pasukan," tegasnya.
Selain itu, Al Chaidar menyakini, kelompok teroris jaringan Poso tersebut, khususnya pimpinan Santoso, memang sangat membenci Densus 88 Antiteror. "Namun, mengapa mereka membalas polisi biasa. Seharusnya Santoso cs, menyerang Densus kalau memang benci," sambungnya.
Al Chaidar mengatakan bahwa Santoso masih berada di Poso, Sulawesi Tengah. Sebab, latar yang digunakan oleh Santoso dalam video yang diunggah Al-Himmah, adalah Taman Jeka. "Kalau melihat setting video, itu Taman Jeka, yang kerap dijadikan pusat latihan. Karena di sana lebih banyak pohon tropis," tandasnya. (Sindo)
Ancaman Serius
Gembong teroris Poso, Santoso alias Abu Wardah, muncul di Youtube. Ia menyerukan perlawanan terhadap Densus 88 Antiteror. Dengan mengunggah seruan perlawanan di Youtube, Santoso berharap para pengikutnya mengetahui bahwa dirinya masih hidup.
Menurut pengamat intelijen, Wawan Purwanto, Santoso sengaja memberi sinyal ke pengikutnya karena selama ini dia terdesak oleh pengejaran Densus. Kondisi itu memaksa gembong teroris yang paling dicari di Indonesia itu menggunakan dunia maya untuk berkomunikasi dengan para pengikutnya. "Tidak hanya itu, pengunggahan itu juga dimaksudkan untuk memberi tahu para pengikutnya kalau selama ini dia masih hidup dan lolos dari sergapan Densus," jelas Wawan saat dihubungi, Rabu (10/7).
Pengunggahan seruan itu terbilang menguntungkan bagi Santoso karena itu satu-satunya sarana untuk berkomunikasi dengan para pengikut dan pendukungnya. "Namun, jangan salah, dengan adanya pengunggahan itu memudahkan pihak Densus untuk melacak keberadaan Santoso. Meski sulit, Densus dapat melacak di mana Santoso pertama kali mengunggah rekaman video itu," ujar Wawan.
Telah Diblokir
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Ronny F Sompie, menegaskan Densus 88 Antiteror dan pihak Bareskrim telah berkoordinasi dengan Kementerian Kominfo untuk mengantisipasi hal-hal yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban di masyarakat.
"Tayangan ini jadi bagian antisipasi Polri. Kita ingatkan seluruh masyarakat, khususnya anggota Polri, untuk tingkatkan kewaspadaan, antisipasi pelaksanaan tugas," kata Ronny.
Dia menambahkan Divisi Cybercrime Mabes Polri juga tengah melakukan penyelidikan untuk mengetahui lokasi pembuatan video tersebut. Divisi Cybercrime juga mencari keberadaan pelaku pengunggah rekaman tersebut, yang di dalamnya pelaku menggunakan akun Al Himmah. Dia menjelaskan rekaman berjudul "Risalah Kepada Umat Islam di Kota Poso" telah diblokir agar tidak menimbulkan rasa waswas di masyarakat.
"Agar tidak ada rasa waswas di masyarakat, Polri terus melakukan upaya pencegahan dan perlindungan di masyarakat. (Pemblokiran ini) dilakukan oleh negara melalui aparatnya dengan menghentikan akses ke Youtube," kata Ronny.
Seperti diketahui, sebelumnya, KMIT juga pernah mengeluarkan pesan elektronik yang menyerukan serangan terhadap Densus 88. Dalam surat elektronik tersebut, KMIT merasa kesal dengan sikap Densus yang telah menahan kawan-kawannya.
Dalam rekaman Youtube yang berdurasi enam menit tiga detik itu, Santoso yang didampingi dua pengawalnya yang bercadar dan bersenjata laras panjang menyerukan jihad kepada Densus. Santoso terlihat mengenakan penutup muka warna hitam dan memegang pistol. Dalam video tersebut, sempat terlihat tulisan Mujahidin Indonesia Timur dan diunggah dari akun milik Al Himmah pada Minggu (7/7) dengan judul "Risalah kepada Umat Islam di Kota Poso". Video itu telah dilihat oleh lebih dari empat ribu pengunjung Youtube.
Mabes Polri mengimbau masyarakat agar tidak terpancing video pemimpin teroris Poso, Santoso, yang diunggah ke media sosial Youtube. "Kami ingatkan seluruh masyarakat, khususnya anggota Polri, untuk meningkatkan kewaspadaan, antisipasi setiap pelaksanaan tugas agar antisipasi bisa dilakukan secara bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan Polri, masyarakat, dan semua pihak," kata Ronny. (KJ)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 11 Juli 2013
Video Teroris Santoso, Ancaman Serius
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Masih ingat dengan drone combatan yang tengah dirancang Indonesia? Ya siapalagi kalo bukan Drone Medium Altitude Long Endurance Black Eagle....
-
Kapal berteknologi tercanggih TNI AL saat ini, KRI Klewang-625, terbakar di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur. Hingga berita i...
-
Kejujuran 11 prajurit Kopassus mengakui kesalahan, menembak empat tahanan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan Sleman, Yogyakarta, mendat...
-
Kementerian Pertahanan saat ini menunggu kedatangan perangkat alat sadap yang dibeli dari pabrikan peralatan mata-mata kondang asal Inggris,...
-
Sistem pertahanan Indonesia diciptakan agar menjamin tegaknya NKRI, dengan konsep Strategi Pertahanan Berlapis. SISTEM Pertahanan Indonesi...
-
Perusahaan tekstil dan garmen, PT Sri Rejeki Isman (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah sudah tersohor di seluruh dunia karena kualitas kain d...
-
PT Pindad (Persero) telah mampu memproduksi produk militer kelas dunia. Mengadopsi teknologi dan ilmu dari Eropa dan NATO (North Atlantic T...
-
Bahwa partisipasi prajurit Kopassus dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan kesempatan yang sangat berharga dan sekaligus tantangan...
-
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul mengatakan jajaran Kodam XVII Cenderawasih dan Polda Papua...
kalau perlu TNI tembak saja itu penganas
BalasHapus