Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 11 September 2014
Lapan 'Curi Ilmu' dari Organisasi Antariksa Asia Pasifik
Teknologi keantariksaan sudah menjadi tren di berbagai negara. Mereka berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan di bidang ini, termasuk Indonesia.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pun tak ingin tinggal diam melihat tren global ini. Bersama organisasi keantariksaan Asia Pasifik-- Asia-Pasific Space Cooperation Organization (APSCO)-- Lapan menyelenggarakan International Training Course on Global Navigation Satellite System (GNSS) Technology and its Application di All Sedayu Hotel Jakarta, dari 26 Agustus-3 September 2014. Melalui pelatihan tersebut, diharapkan para ilmuwan dan peminat antariksa bisa saling bertukar ilmu, khususnya sistem navigasi satelit global.
"Kerja sama pelatihan ini meliputi semua aspek keantariksaan, khususnya di sistem navigasi satelit global beserta teknologi dan pemanfaatannya," ujar Kepala Lapan Thomas Djamaluddin saat konferensi pers di All Sedayu Jakarta, Selasa 26 Agustus 2014.
Teknologi keantariksaan sangat bermanfaat untuk berbagai kegiatan, seperti penginderaan jauh terkait mitigasi bencana. "Terkait teknologi untuk satelit itu mudah, aeronautika lumayan, roket itu yang sulit. Diharapkan melalui kerja sama dengan APSCO, kita bisa mengembangkannya," ungkapnya.
Menurut Thomas, pelatihan ini akan mengkaji mengenai proses dan teknis ketika satelit harus dikirim ke antariksa. Tidak hanya terkait dengan wahana yang disematkan di ujung roket, tapi juga mengenai jalur atau lintasan terbang, serta bagaimana mengimplementasikan penghematan.
Ketika ditanya seberapa lama kerja sama Lapan dengan APSCO, Thomas mengungkapkan hal ini merupakan seperti paguyuban saja. "Begitu juga dengan budget, tidak ada budget khusus untuk kerja sama ini," kata dia.
Pelatihan ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai negara anggota APSCO yaitu Bangladesh, Tiongkok, Iran, Mongolia, Pakistan, Peru, Thailand, dan Turki. Sedangkan dari Indonesia ada 13 orang yang mewakili Lapan, BIG, BMKG, Kementerian Perhubungan, UI, ITB, IPB, dan Kementerian Pertahanan.
"Bagi Indonesia ini tidak hanya soal aspek teknologi tapi juga sains. Dimana nantinya perwakilan ini mempunyai bekal yang mumpuni, seperti navigasi yang bisa diterapkan menurut bidang pekerjaan masing-masing," kata Agus Hidayat Kepala Biro Kerjasama dan Humas Lapan, ditemui pada kesempatan yang sama. (VivaNews)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
-
Ketika Indonesia mulai serius membangun armada pesawat tempur Sukhoi, datanglah godaan dari Amerika Serikat yang menawarkan pesawat tempur ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar