Para prajurit yang bertugas dalam Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera Selatan terus membangun kanal dan embung di lahan-lahan gambut yang terbakar. Saat ini puluhan meter kanal telah dibangun di pusat kebakaran hutan dan lahan di kawasan hutan Lalan di Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, dan hutan industri di Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Pembangunan kanal dan embung yang masih berlangsung hingga Kamis (15/10) ini dimaksudkan untuk menghadang api di lapisan dalam di lahan gambut supaya tak terus menyebar. Kanal yang dibangun berdimensi lebar dari 3 meter hingga 12 meter dengan kedalaman sekitar 3 meter.
Selama ini masalah utama pemadaman di lahan gambut adalah api yang masih membara dan terus menyebar di lapisan dalam meski api di permukaan lahan sudah padam. Kondisi ini terjadi karena lahan gambut kering. Adanya kanal yang dalam berisi air diharapkan dapat menghalangi rembetan bara tersebut.
Komandan Batalyon Perbekalan dan Peralatan II Marinir yang juga Komandan Satuan Tugas II Kebakaran Hutan dan Lahan Sumatera Selatan Letnan Kolonel Marinir Totok Nurcahyanto mengatakan, para anggota marinir yang bertugas di sekitar Hutan Produksi Lalan telah membangun lebih kurang 21 kilometer kanal. Sebanyak 350 marinir dari Batalyon Perbekalan dan Peralatan II Marinir yang bermarkas di Cilandak ditugaskan di tengah Hutan Produksi Lalan sejak 9 September. "Kami menggali menggunakan backhoe, tetapi juga kadang-kadang dengan peralatan seadanya," katanya.
Selain membuat kanal dan embung, para prajurit TNI di Kabupaten Musi Banyuasin juga membentuk tim serbu api. Tim ini bertugas mengejar kepala api atau ujung dari lidah api untuk mencegah meluasnya area yang terbakar.
Pembangunan kanal dan embung juga dilakukan para prajurit TNI yang bertugas di Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Sudah lebih dari sebulan, 350 prajurit Batalyon Armed 10 Divisi 1/Kostrad meninggalkan anak-istri di Bogor, Purwakarta, dan Tangerang untuk bertugas di medan kebakaran lahan gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir.
Komandan Batalyon Armed 10 Divisi 1/Kostrad Letnan Kolonel (Arm) Johanes Toar Pioh mengatakan, area kebakaran lahan di Air Sugihan mencapai 6.000 hektar dan hanya 165 prajurit yang bertugas. Selama di sana, selain memadamkan api, para prajurit juga berkonsentrasi membuat sekat bakar, yaitu sekat yang dibuat dengan merobohkan pepohonan di sekitar lokasi terbakar agar api tak membesar dan menjalar. Lidah api di areal yang didominasi hutan tanaman industri itu bisa mencapai hingga setinggi pepohonan sekitar 25 meter.
Berjaga 24 jam
Para prajurit juga membuat kanal hingga berkilo-kilometer untuk mencegah api menyebar dari lapisan bawah gambut. Di sepanjang kanal itu, personel disebar untuk terus melakukan pembasmian. Tak jarang, di lokasi yang jauh dari sumber air, mereka hanya bisa mengandalkan sekop dan ember yang dioperkan secara estafet.
Mereka berjaga selama 24 jam di sekitar lokasi kebakaran. Tidur di tenda-tenda di tengah medan yang terus-menerus diselubungi asap. Makan bisa dibilang seadanya. Di sela-sela tugas pemadaman itu, para tentara bergantian makan ransum T2 yang memang didesain sebagai bekal di medan perang.
Para prajurit TNI juga mempertaruhkan nyawa dalam tugas ini. Kejaran api yang bisa berbalik tiba-tiba dan mengepung hingga lahan gambut membara yang tak stabil sedalam hingga 2-6 meter ibarat ranjau darat yang dapat membakar hidup-hidup orang yang terjeblos di dalamnya. Guna menghindarinya, para prajurit menggunakan metode sederhana, yaitu dengan tongkat kayu untuk memeriksa gambut yang akan dilalui.
Api yang membesar hingga belasan meter atau bunga api yang terbang di malam hari menjadi pemandangan setiap berjaga malam di tenda-tenda darurat. Satwa-satwa liar yang melintas seperti beruang dan harimau pun harus mereka hadapi. Hingga sekarang, kebakaran hutan dan lahan masih terjadi. Belum ada kepastian kapan para prajurit itu dapat pulang. (Kompas)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Jumat, 16 Oktober 2015
Upaya Prajurit TNI Terus Bangun Kanal untuk Tanggulangi Kebakaran Hutan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
-
Aksi baku tembak kembali terjadi di perbatasan Jayapura, Papua dengan Papua Nugini antara aparat TNI dengan kelompok sipil bersenjata. Apar...
-
Bahwa partisipasi prajurit Kopassus dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB merupakan kesempatan yang sangat berharga dan sekaligus tantangan...
-
Ribuan senjata serbu SS2 V5C pesanan Kopassus sedang diproduksi oleh PT Pindad. Untuk tahap awal, Kopassus akan mendapatkan 1000 pucuk SS2...
-
Menjelang pelaksanaan Sail Morotai 2012, Staf Operasi Angkatan Laut (Sopsal) TNI AU membentuk tim khusus untuk melakukan sapu ranjau, inspe...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar