Belum tuntas dengan jelas tentang kedaulatan pemerintah RI atas Free Port yang membentengi diri mereka – atas kawasan industri tambang emasnya, yang sedemikian ekslusif. Sehingga rakyat Indonesia selama ini menengarai keberadaan Free Port layaknya seperti negara dalam negara. Bahkan keberadaan Laboratorium Biologi militer AS – Namru 2 atau IUC – di Jantung ibukota RI, di jalan Percetakan Negara, Salemba, Jakarta, masih tak terjamah oleh pemerintah RI, khususnya oleh Kementerian Kesehatan RI. Kini ada rencana pembangunan museum Perang Dunia II di Morotai, Maluku Utara.
Dokumen Lanud Militer AS di Morotai Perang Dunia II foto : pelitaonline.com |
Luput dari perhatian media massa lokal mau pun internasional. Sail Morotai 2012, Maluku Utara, diselenggarakan pada 11-15 September 2012 lalu, yang di buka oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada pukul 10.00 WITA. Dihadiri oleh para diplomat duta besar dari negara-negara sahabat, para veteran Perang Dunia II dari Australia dan Amerika. Dengan berbagai acara spektakuler, mulai dari aneka tari-tarian, terjun payung, hingga parade kapal-kapal perang dan kapal pesiar dari berbagai negara.
Sail Morotai, konon dirancang sebagai media promosi sekaligus tempat parwisata bahari dan sejarah, di Maluku Utara, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun manca negara di Indonesia khususnya kawasan Timur Indonesia.
Di Pulau Morotai masih banyak terdapat sisa-sisa alat-alat militer Sekutu peninggalan era Perang Dunia II, baik itu sisa-sisa kendaraan perang darat, meriam, tank, pesawat terbang, hingga kapal laut yang karam, bahkan bomb-bomb dan amunisi bahan peledak di dalam laut.
Masyarakat setempat, banyak menggunakan besi dari sisa-sisa alat perang ini untuk berbagai keperluan, seperti pagar rumah, membuat alat perkakas rumah tangga dan sebagainya. Sehingga pihak pemerintah Amerika Serikat (AS), untuk “menyelamatkan” barang-barang bersejarah tersebut, menyatakan minat untuk membangun museum Perang Dunia II di Morotai.
Pembangunan museum ini, selain memamerkan alat-alat militer dan situasi era Perang Dunia II, juga meliputi perbaikan bandara militer bekas pangkalan udara AS dan pelabuhan militer bekas armada laut AS. Dan di rancang agar dapat digunakan oleh pesawat terbang dan kapal laut yang akan berkunjung ke wilayah tersebut sebagai objek wisata.
Pelita online (22/10/2012) mendapat bocoran dari Seorang diplomat, dari negara sahabat – yang menolak di sebut namanya – bertanya kepada diplomat dari negara lain: “Kenapa negaranya menarik diri berinvestasi di Morotai?” Lalu di jawab oleh koleganya: “Bagaimana kami ingin investasi di sini, sarana tranfortasinya sangat sulit, jauh ke mana-mana, jauh dari ibukota RI, Jakarta. Kalau Gubernur dan Bupati Morotai tentu saja senang dengan masuknya modal asing di sini”
Yang menjadi pertanyaan tak terungkap adalah, kenapa AS sangat bersemangat untuk membuat museum di sana? Hingga memunculkan banyak presepsi dan pandangan penuh kecurigaan. Bahkan ada pula diplomat asing yang nyeletuk : “Berkedok museum, AS akan hidupkan pangkalan militer di Morotai, Maluku Utara” ujar mereka polos kepada seorang diplomat dari kedutaan besar AS untuk Indonesia .
Sumber : Pelita Online
Betul... hati2 AS itu seperti ular berbisa, melilit dan menggigit itu hal biasa. yg penting keinginannya tercapai..
BalasHapus#saveNKRI
BalasHapus