Cari Artikel di Blog Ini

Minggu, 01 Desember 2013

Penyadapan Australia, Indonesia cepat sekali melunak

Direktur Kajian Politik Center for Indonesian National Policy Studies (CINAPS), Guspiabri Sumowigeno, mengatakan, Australia berusaha menekan Indonesia dengan permasalahan Papua setelah kedua negara bersitegang masalah penyadapan.

Penyadapan Australia, Indonesia cepat sekali melunak
Sejumlah warga membubuhkan pesan kecaman terhadap pemerintah Australia atas penyadapan terhadap Indonesia di Solo, Jawa Tengah, Minggu (24/11/2013). Aksi protes terhadap Australia di sejumlah daerah masih berlangsung meminta pemerintah Australia segera meminta maaf atas penyadapan yang dilakukan pada tahun 2009 terhadap presiden dan sejumlah pejabat Indonesia. foto : Sindo

"Indonesia nampak menghindari ketegangan diplomatik yang berlarut-larut dengan Australia. Kartu Papua merupakan jurus Australia memaksa Indonesia untuk melakukan hubungan bilateral kedua negara tersebut," kata Sumowigeno, Minggu.

Menurut dia setelah surat PM Australia, Tony Abbott, diterima Presiden Susilo Yudhoyono, Indonesia menyodorkan ajakan pada Australia menyusun protokol dan kode etik bagi hubungan kedua negara.


"Sebenarnya tidak lazim suatu negara yang dirugikan malah berinisiatif menyodorkan solusi untuk perbaikan hubungan yang rusak," katanya.

Indonesia, katanya, cepat sekali melunak.

Indikasinya, Indonesia masih mau menampung hibah lima C-130H Hercules dari Australia, dan pernyataan BIN bahwa pihaknya telah mendapatkan jaminan tak ada lagi penyadapan oleh Australia beberapa hari lalu.

"Ini menunjukkan Indonesia cepat sekali melunak, ingin segera rujuk secara tergesa kepada Australia. Juga tanpa langkah standar berupa permintaan maaf dari Australia," kata dia.

Dia menduga, begitu cepat Jakarta melunak kepada Canberra mengantisipasi kemungkinan tekanan balik Australia tentang Papua.

Dua langkah diatas diharapkan segera memulihkan kerjasama politik kedua negara, yang antara lain menjamin Papua sebagai bagian sah Indonesia.

Sentimen publik sebenarnya menginginkan Indonesia bisa lebih tegas menghukum Australia, tetapi hal itu sulit dipenuhi pemerintah. Hal ini karena Indonesia cukup tergantung pada kerjasama politik dengan Australia dalam menjamin status politik wilayah Papua.

"Ini sebenarnya tidak lazim karena kedua negara sama-sama berbobot middle power, meski Australia adalah upper class middle power sementara Indonesia pada lower class middle power. Sikap Indonesia menunjukkan kita tidak bisa menjalankan prinsip bebas aktif. Kita tidak bebas bersikap dan berekspresi," ujarnya.

Dikatakan, Indonesia hanya bisa lepas dari ketergantungan itu dan bisa lebih independen dalam bersikap dan bebas menunjukkan ekspresi terhadap Australia bila Indonesia memperbaiki profil militernya dengan menggandeng Rusia.

India sukses melakukan hal ini dengan Rusia, yang terkenal tidak mau campur tangan urusan negara pembeli arsenal militernya. India juga bisa menekan Prancis saat memodernisasi kekuatan udaranya, saat "lelang" C-01 Rafale dari Prancis berhadapan dengan Euro Fighter dan Su-27 Rusia.

Alhasil, Dassault Breguet dari Prancis bersedia memberi lisensi pembuatan Rafale ke India dalam jumlah signifikan.

Alternatif lainnya kata dia mengadakan deal politik militer langsung dengan Amerika Serikat untuk menekan Australia dengan imbalan tertentu, atau menggandeng China menginternasionalisasi isu-isu dalam negeri Australia, utamanya nasib kaum Aborigin.

Alternatif lebih ekstrem lanjutan, memberi tempat berbagai kekuatan dunia secara bersamaan membuka pangkalan militer di Tanah Air. Misalnya, China diizinkan membangun pangkalan militer di Papua, Amerika Serikat di Natuna, Rusia di Pulau Nias, Perancis di Lombok, dan India di Kalimantan.

"Kalau berbagai pihak asing membuka pangkalan secara bersamaan, tentu tidak bisa dikatakan melanggar prinsip bebas aktif," katanya. (Antara)

13 komentar:

  1. sebenernya gampang kl mau neken australia, seperti yg dikutip kalimat diatas, bikin aja pangkalan militer buat cina/rusia di papua, saya jamin as dan sekutunya jg mikir2 mau rebut papua,bahkan yg lbh ekstrim kita ambil lagi itu timor timur, anggap aja operasi dwikora part 2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  2. indonesia yang kuat dan raksasa dapat melumat dunia menjadi separuh indonesia, bahasa, budaya, dsn juga tegnologi robot mesin listrik bahan bakar minyak indonesia

    BalasHapus
  3. kebijakan ln lunak atau tegas, tergantung dari president, kalau president sukarno atau soeharto, tdk bakalan dihina spt ini.

    BalasHapus
  4. Bukan soal siapa Presidennya. Tergantung Power. Power itu adalah ekonomi dan militer. Saat ini Indonesia belum memiliki itu, tunggu ekonomi kita sekuat India/Brazil paling tidak. Ekonomi kuat, militer kuat. Militer kuat kita ngga akan dipandang remeh lagi. Soekarno punya power karena militer kita kuat (pro-soviet/komunis) tapi ekonomi kita kacau balau. Soeharto punya power ekonomi awalnya (militer pas2an), tapi akhirnya kacau balau juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. siapa bilang kita tdk punya power, kita punya selat sunda tempat kapal dagangnaya lewat, pasti meraka kelabakan, ingat kita habibie menutup selat sunda krn alasan ada latihan militer. Ingat ekspor sapi mereka ke ri sangat besar, pasti mereka akan didemo petani mereka, kalau kita embargo daging sapi mereka. Malaysia itu negara kecil, apbn nya jauh di bawah kita, tapi mereka tegas, ketika mereka (mahatir muhammad) pernah mengejek paul keating (australia) dgn kata2 dasar orang2 narapidana, dan ausie tdk berani berbuat byk. Percayalah kita sekarang negara besar, bukan negara kecil, dan selaknya presidenya lebih jantan

      Hapus
  5. ngapain sih musuhan... udahlah damai2x aja,yg penting perkuat intelegent and satelit jangan nyewa biar ga disadap. masa negara segede gini satelit masih nyewa,maka dari itu disadap. jaman sukarno suharto komunikasi ga seperti sekarang,jadi anda2x semua menempatkan PORSI nya salah. sekarang jaman beda,era damai,perang dingin dah lewat.

    BalasHapus
  6. balas denga sabotase kepada australia, balas dengan menciptakan konflik juga. sulut kemarahan orang2 aborigin untuk mengusir penjahat2 ingris tersebut. strategi bertahan yg paling baik adalah menyerang lawan. buat mereka sibuk mengurus masalah dalam negerinya "( konflik, kebakaran hutan, masalah penyelundupan manusia, atau aksi radikalisasi lainya)" sehingga mereka tidak sempat menabur petaka di indonesia ( masalah papua ). hidup ndonesia kami sebagai warga negara yg mencintaimu, pantang melihat kau di hina dan di lecehkan. kita adalah bangsa yg setara dengan bangsa-bangsa lain di muka bumi. jati dirimu adalah bangsa yg lahir dan di tempa oleh keberanian yg tak semua bangsa memilikinya sehingga Australia dan kroni-kroinya tak gentar engkau lawan!!!! HIDUP INDONESIA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! skali lagi HIDUPLAH DENGAN KEWIBAWAANMU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    BalasHapus
  7. Itu bukan melunak Pak Direktur..Herciles hibah sdh dibayar, kslau dibatalin hangus duitnya. siapa yg rugi? Membandingkan Indonesia yg anggarannya 8 milyar dollar dgn India yg 32 milyar dollar ya tdk sebanding pak direktur. Mengijinkan pangjalan asing masuk di Indonesia? Para pejuang susah payah mengusir Penjajah dari Indonesia , koq pak direktur menyarankan begitu? Gunakan kepintaran pak direktur utk kemajuan Indonesia, jgn kasih komentar merendahkan spt itu. Apa yg dilakukan pemerintah sdh benar. Utk kondisi Indonesia saat ini apa yg dilakukan itu sdh cukup, mengingat wilayah timur blm kuat. butuh waktu 6 thn utk mengalahkan ekonomi australia dan memperkuat Papua dgn 2 kodam , 1 divisi marinir, 1 skudron pesawat tempur, kapal selam kilo yg sdg order. Di saat itu , baru kita bs balas serang australia. Saat ini cukup kita gertak saja. Toh walau cm gertakan, Terasa sekali australi salah tingkah...

    BalasHapus
  8. Guspiabri Sumowigeno bercita cita memusatkan seluruh kekuatan dunia di indonesia, dia tau gak konsekuensinya?

    BalasHapus
  9. Balasan
    1. kamu nggak perlu rendah diri gitu, walaupun itu memang jiwa kamu ya.. yg semangat..

      Hapus

Lazada Indonesia

Berita Populer

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters