PT Industri Nuklir Indonesia (INUKI) relatif jarang terdengar. Siapa sangka meski jarang tampil, namun INUKI mampu membuktikan prestasi yang cukup mencengangkan.
INUKI bersama SHINE Medical, USA, bersepakat mengembangkan pabrik nuklir untuk kebutuhan kesehatan (radioisotop). Kerjasama tersebut menghasilkan pengolahan radioisotop tanpa harus membuat reaktor nuklir.
Pabrik nuklir yang memakan investasi US$ 140 juta tersebut ditargetkan rampung pada tahun 2017. Saat beroperasi, pabrik tersebut mampu memproduksi 4.000 curie per minggu.
Direktur Utama PT Industri Nuklir Indonesia (Persero) (INUKI), Yudi Utomo Imardjoko menjelaskan langkah INUKI tersebut merupakan rencana perseroan menjadi pemimpin pasar produk nuklir kesehatan dunia.
"Kita berbisnis dan kita kejar-kejaran tahun 2017. Kalau kita menang, kita jadi pemasok nomer 1, kita punya bisnis untuk 50 tahun ke depan," kata Yudi kepada detikFinance, seperti dikutip, Rabu (2/7/2014).
Pabrik penghasil radioisotop rencananya mampu memasok ke 1.500 rumah sakit di negara paman sam. Selain mengembangkan pabrik penghasil radioisotop di AS, INUKI juga berencana membangun pabrik generasi terbaru penghasil radioisotop di tanah air. Lokasinya akan dipilih di dekat akses bandara.
INUKI tidak akan membangun reaktor karena teknologi terbaru telah ditemukan. Rencananya pabrik terbaru akan digunakan memasok nuklir kesehatan untuk rumah sakit dalam dan luar negeri.
"Indonesia radioisotop dipasok ke 16 rumah sakit, kemudian ekspor ke Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, Bangladesh," sebutnya.
Siapa sangka rencana besar INUKI ternyata datang dari BUMN yang sempat berdarah-darah secara keuangan. Dahlan pun sempat menjuluki INUKI sebagai BUMN Dhuafa. Yudi menilai kinerja keuangan perseroan akan tampak kinclong ketika pabrik baru di Indonesia dan Amerika Serikat mulai produksi.
"Kerugian saat ini baru berkurang 50%. Prestasinya kita akan terlihat setelah fasilitas akseletor dan semua peralatan baru beroperasi pada tahun 2018," papar Yudi.
Yudi menjelaskan, radioisotop merupakan teknologi paling akurat untuk mendeteksi penyakit. Menurutnya deteksi atau diagnosa penyakit sangat penting bagi dokter di dalam mengambil keputusan bagi pasien.
"Keakuratan paling tinggi di antara yang lain seperti CT Scan, X-Ray hingga infra-red," jelasnya. (Detik)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 03 Juli 2014
Mimpi BUMN Dhuafa Kuasai Pasar Nuklir Kesehatan Dunia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
Di Era tahun 60an TNI AU/AURI saat itu pernah memiliki kekuatan udara yang membuat banyak negara menjadi ‘ketar ketir’, khususnya negara-ne...
-
Rusia mengharapkan Indonesia kembali melirik pesawat tempur sukhoi Su-35, pernyataan ini diungkapkan Wakil Direktur "Rosoboronexport...
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Sejak ditemukan oleh Sir Robert Watson Wat (the Father of Radar) pada tahun 1932 sampai saat ini, radar telah mengalami perkembangan yang sa...
-
Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menambah armada kapal selam untuk mendukung pertahanan laut. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), L...
-
Kiprah TNI Dalam Memelihara Perdamaian Dunia : Roadmap Menuju Peacekeeper Kelas Dunia "The United Nations was founded by men and ...
-
Kalau dipikir-pikir, ada yang ganjil dengan armada bawah laut Indonesia. Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal selam gaek namun harus m...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
(Disampaikan dalam Roundtable Discussion yang diselenggarakan oleh Global Future Institute, bertema: Indonesia, Rusia dan G-20, Kamis 25 Apr...
-
Oleh : Brigjen TNI Bambang Hartawan, M.Sc Berangkat dari sejarah, ide sering berperan sebagai kekuatan pendorong di belakang suatu tra...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar