"Seperti Arab Saudi dan Malaysia yang sudah mengirimkan orang untuk jadi astronot karena mereka punya anggarannya. Daripada mengirim astronot, mending mengembangkan keantariksaan Indonesia," ujar Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu, 10 Desember 2014.
Lebih lanjut, ungkapnya, Arab Saudi dan Malaysia sudah mempunyai kemampuan teknologi dan anggarannya tersendiri, berbeda dengan yang terjadi di Indonesia.
"Kalau ada anggarannya, Indonesia bisa latih dan kirim astronot," ungkapnya.
Thomas menyadari bahwa bila mengirim astronot tersebut, bisa berdampak pada kebanggaan nasional bagi astronot itu sendiri maupun negaranya.
Di tahun 1980an, Indonesia pernah berencana mengirimkan astronot pertamanya. Dia bernama Pratiwi Sudarmono, seorang ilmuwan lulusan Universitas Indonesia. Wanita Indonesia ini harusnya berangkat ke antariksa dengan menumpang pesawat Challenger.
Sayangnya, pesawat itu meledak sebelum misi dimulai. Pratiwi pun urung menjadi astronot pertama asal Indonesia. (VivaNews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar