Prof. Dr. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo (paling kanan) di depan pesawat tanpa awak (UAV) JX-2 buatan Josaphat Laboratory. |
"Dengan dana dari pemerintah Jepang kita akan buat micro satellite dengan kelas antara 50 sampai 300 kilogram, memasang radar saya di dalamnya. Kalau satelit yang biasa antara 1 hingga 2 ton, maka nanti satelit saya hanya 150 kilogram atau sekitar sepersepuluh satelit umumnya," kata Josaphat khusus kepada Tribunnews.com baru-baru ini.
Josaphat berusaha membuat satelit yang kecil, ringan kompak, tetapi memiliki kemampuan lebih dari yang biasa. Menggunakan bahan ringan dengan deplyoment system yang terbaik, perlu power ampere besar tetapi ukurannya kecil.
"Selama ini dengan power ampere besar kan ukuran bisa satu kulkas besar, tapi buatan saya bisa kecil," tambahnya.
Pada bulan Desember mendatang akan dilakukan tes di Indonesia dan sekaligus akan dipakai pada pesawat di TNI Angkatan Udara Januari tahun depan.
Satelit mikro yang diciptakan dan akan diluncurkan pertama kali di dunia tahun 2019 tersebut, menurut Josaphat dapat melakukan observasi pada permukaan bumi, pemetaan, melihat struktur daerah yang longsor agar bisa diantisipasi, pemantauan illegal fishing dan sebagainya.
"Dana berikut 3 tahun ke depan 2018 selesai dan diluncurkan tahun 2019 dengan dana total sekitar Rp 150 miliar dari pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang (G to G) dan sebagian juga ada dari pemerintah Taiwan yang pesawat UAV," jelasnya lagi. (Tribun)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar