Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali berulah. Kelompok bersenjata ini menyandera dua orang warga sipil yang berprofesi sebagai penebang kayu di Papua. Tak hanya menculik dua warga sipil, OPM juga menembak mati dua rekan korban.
Pemerintah kini sedang berupaya keras agar kedua sandera dibebaskan dengan selamat. Tak hanya itu, Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga menyiapkan pasukan elite untuk membebaskan para sandera. Namun, upaya tersebut terbentur oleh batas negara.
Kasus penyanderaan ini menambah daftar panjang kejahatan OPM yang berlangsung sejak 1980. Salah satu kasus yang pernah menjadi pusat perhatian dunia adalah penyanderaan sekelompok peneliti asing di Mapenduma, Jayawijaya, Papua.
Peristiwa ini terjadi pada 8 Januari 1996. Ketika itu, 26 anggota Tim Ekspedisi Lorentz 95 diculik oleh sayap militer Organisasi Papua Merdeka yang dipimpin Kelly Kwalik. Tim ekspedisi ini beranggotakan warga negara Inggris, Belanda maupun Indonesia. Ratusan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Daniel Yudas Kogoya menculik mereka dari base camp.
Selama 130 hari, OPM menyandera mereka. Komandan OPM Kelly Kwalik berusaha menukar 12 sandera itu dengan kemerdekaan Papua. Karena melibatkan warga negara asing, peristiwa ini jadi sorotan internasional. Selama dalam penyanderaan, para sandera digiring blusukan ke belantara Papua. Mereka tak mendapat cukup makanan, sehingga beberapa orang sakit.
Mabes TNI menggelar satgas untuk membebaskan sandera di Mapenduma. Komandan Jenderal Kopassus Brigjen Prabowo Subianto ditunjuk menjadi komandan. Tim Kopassus yang dikerahkan berasal dari Grup 5 Antiteror. Di antara pasukan TNI lain, mereka mudah dikenali karena berpakaian hitam-hitam.
Selain itu ada pasukan Batalyon Lintas Udara Kostrad 330 dan pasukan penjejak yang terdiri dari putra-putra Irian milik Kodam Cendrawasih. Total pasukan yang dikerahkan mencapai 600 orang.
Sesuai permintaan dunia internasional, Prabowo mempersilakan Tim International Committee of the Red Cross (palang merah internasional), melakukan perundingan. Awalnya Kelly Kwalik menunjukkan itikad baik. Mereka berniat membebaskan beberapa sandera yang sakit, termasuk Martha Klein yang sedang hamil.
Namun saat detik-detik pelepasan sandera, tiba-tiba Kelly Kwalik berubah. Dia berpidato dengan keras.
"Saya minta ubi harus dapat ubi, bukan minta ubi dikasih ketela." Artinya jelas, kemerdekaan harga mutlak untuk Kelly. Para sandera dan tim ICRC lemas, mereka sadar perundingan yang berliku ini menempuh jalan buntu.
Maka Brigjen Prabowo langsung menggerakkan pasukan begitu mendengar lampu hijau. Pengintaian lewat udara dilakukan terus menerus. Sebuah pesawat tanpa awak yang bisa mendeteksi panas tubuh ikut digunakan. Bukan perkara mudah melacak jejak sandera di tengah belantara Papua. Tapi TNI terus menekan mereka.
OPM yang terdesak terus bergerak masuk hutan. Dalam keadaan panik, tanggal 15 Mei OPM membunuh dua anggota Tim Lorentz, Navy dan Matheis dibantai dengan kampak. Rupanya mereka berniat membunuh seluruh sandera yang berasal dari Indonesia dan hanya menyandera warga negara asing.
Untungnya sisa tim bisa melarikan diri. Mereka bertemu pasukan Linud 330 Kostrad yang telah mengikuti mereka berhari-hari. Pasukan pimpinan Kapten Agus Rochim tersebut menemukan permen dan pembalut wanita yang tercecer di hutan. Dua benda tersebut menambah keyakinan mereka tak jauh lagi dari sandera.
Tim berkekuatan 25 orang itu bermalam di hutan semalaman. Kapten Agus memanggil bala bantuan. Keesokan pagi, Tim Kopassus datang. Mereka bertugas mengamankan lokasi dan mengevakuasi jenazah Navy dan Matheis.
Setelah 130 hari disandera, para peneliti bisa menghirup napas lega. Mereka bisa pulang ke rumah dengan selamat. Prabowo dan pasukannya panen pujian dari internasional. Bukan perkara mudah membebaskan sandera di tengah hutan Papua yang begitu lebat.
Keberhasilan yang diraih TNI ini berbuah pujian dari dunia. Apalagi, FBI sempat memprediksi kemungkinan keberhasilan hanya mencapai 50 persen. Namun, Kopassus membuktikan sebaliknya. (Merdeka)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Kamis, 17 September 2015
Kisah Kopassus bebaskan sandera di Papua sampai dipuji dunia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
Kapal berteknologi tercanggih TNI AL saat ini, KRI Klewang-625, terbakar di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur. Hingga berita i...
-
Masih ingat dengan drone combatan yang tengah dirancang Indonesia? Ya siapalagi kalo bukan Drone Medium Altitude Long Endurance Black Eagle....
-
PT Pindad (Persero) telah mampu memproduksi produk militer kelas dunia. Mengadopsi teknologi dan ilmu dari Eropa dan NATO (North Atlantic T...
-
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi ...
-
Sistem pertahanan Indonesia diciptakan agar menjamin tegaknya NKRI, dengan konsep Strategi Pertahanan Berlapis. SISTEM Pertahanan Indonesi...
-
Pengakuan soal ketangguhan Tentara Nasional Indonesia di hadapan militer dunia lainnya seakan tak habis-habis. Setelah kisah Kopaska AL ata...
-
Mayor Agus Harimurti Yudhoyono Brigif Linud 17 Kostrad mendapatkan penghormatan, menjadi pasukan AD pertama yang menggunakan Ba...
-
Kementerian Pertahanan saat ini menunggu kedatangan perangkat alat sadap yang dibeli dari pabrikan peralatan mata-mata kondang asal Inggris,...
-
Menurunnya visi kemaritiman bangsa Indonesia setelah era Presiden Sukarno disebabkan karena masih melekatnya visi kontinental yang terpatri ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar