Pelaku teror yang menewaskan dua orang polisi di Solo, Jawa Tengah, ditengarai merupakan bagian dari jaringan Abu Omar yang memiliki keterkaitan dengan jaringan Moro Islamic Liberation Front (MILF) yang berpusat di daerah Filipina Selatan.
Pengamat Terorisme, Al Chaidar, meyakini pelaku tersebut jaringan Abu Omar karena kecenderungan yang menjadi sasaran teror adalah aparat kepolisian. Penyerangan tersebut juga dinilai murni alasan ideologi bukan karena faktor ekonomi. "Jaringan ini begitu membenci kepolisian karena keseriusan mereka dalam memberantas terorisme. Nanti kalau militer yang aktif memberantas, jaringan ini juga akan menyerang militer juga," ujar Al Chaidar saat berbincang dengan Jurnal Nasional, Minggu (2/9).
Menurutnya, Abu Omar pernah mendapat pendidikan dari Pondok Pesantren Ngruki, milik Ustadz Abu Bakar Baasyir. Namun begitu, ia tak memiliki hubungan dengan Baasyir.
Menurutnya, jaringan Abu Omar ini merekrut orang-orang baru. "Dia malah memiliki keterkaitan dengan pelaku teror di Medan, Sumatera Utara, beberapa waktu lalu," ujarnya.
Jaringan ini, katanya, sangat terlatih secara kemiliteran di Filipina Selatan. Mereka juga memiliki pasokan senjata yang banyak, seperti laras pendek (FN, Bareta dll) juga laras panjang (AK 47). "Persenjataan mereka banyak, bahkan sampai kesulitan untuk menyembunyikannya," ujarnya.
Untuk mengantisipasi jaringan ini, Chaidar mengatakan, aparat harus menjaga wilayah perbatasan yang dekat dengan Filipina. Dikarenakan, jaringan ini begitu mudah masuk ke Indonesia untuk menyelundukan senjata misalnya melalui Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan (Kalimantan Timur), Tawau di Sabah, Malaysia berbatasan dengan Kalimantan dan Sulawesi Utara."Jalur-jalur perbatasan ini harus dikuasai dan diawasi oleh aparat," katanya.
Analisa Chaidar ini berbeda dengan kepolisian yang menyebutkan bahwa pelaku di Solo memiliki keterkaitan dengan jaringan Abu Sayyaf.
Menurut Al Chaidar, jaringan Abu Sayyaf cenderung menyerang orang-orang barat, simbol asing, atau Amerika Serikat. "Jarang sekali menyerang aparat," katanya.
Meski begitu membenci Amerika Serikat, jaringan Abu Sayyaf ini tidak memiliki afiliasi dengan jaringan Al Qaedah. Ini dikarenakan, kata Chaidar, Al Qaedah tidak suka dengan Abu Sayyaf yang menganut Syiah.
Sumber : Jurnas
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Senin, 03 September 2012
Al Chaidar: Teroris Solo Terkait Jaringan Abu Omar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
TNI AL terus berbenah memperbaiki armada kapal perang mereka agar semakin disegani dan berwibawa. TNI AL harus memutar otak di tengah keterb...
-
Masih ingat dengan drone combatan yang tengah dirancang Indonesia? Ya siapalagi kalo bukan Drone Medium Altitude Long Endurance Black Eagle....
-
Kapal berteknologi tercanggih TNI AL saat ini, KRI Klewang-625, terbakar di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur. Hingga berita i...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
-
Mayor Agus Harimurti Yudhoyono Brigif Linud 17 Kostrad mendapatkan penghormatan, menjadi pasukan AD pertama yang menggunakan Ba...
-
Sistem pertahanan Indonesia diciptakan agar menjamin tegaknya NKRI, dengan konsep Strategi Pertahanan Berlapis. SISTEM Pertahanan Indonesi...
-
Pengakuan soal ketangguhan Tentara Nasional Indonesia di hadapan militer dunia lainnya seakan tak habis-habis. Setelah kisah Kopaska AL ata...
-
Kementerian Pertahanan saat ini menunggu kedatangan perangkat alat sadap yang dibeli dari pabrikan peralatan mata-mata kondang asal Inggris,...
-
PT Pindad (Persero) telah mampu memproduksi produk militer kelas dunia. Mengadopsi teknologi dan ilmu dari Eropa dan NATO (North Atlantic T...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar