Indonesia dan Korea Selatan terus melanjutkan proyek kerja sama jet tempur KFX/IFX. Menhan Ryamizard Ryacudu pun optimistis dan tak mau proyek ini dihubungkan dengan jatuhnya pesawat T50i Golden Eagle TNI AU yang juga buatan Korsel itu.
"Tidak akan jadi masalah pada proyek KFX/IFX ini. Kami belajar dan akan menyempurnakannya," ungkap Ryamizard usai penandatangan proyek KFX/IFX tahap II di Kantor Kemenhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Kamis (7/1/2015).
Menurut Ryamizard jatuhnya pesawat Golden Eagle di Yogyakarta pada Minggu (20/12/2015) lalu itu bisa disebabkan bermacam-macam faktor. Kecelakaan tersebut bukan berarti kompetensi Korsel dalam pembuatan pesawat buruk. Sehingga disebutnya tidak perlu dihubung-hubungkan dengan proyek kerja sama KFX/IFX.
"Bisa aja ada masalah cuaca, mesin, atau manusia. Pesawat di mana sih tidak pernah jatuh? Sehebat apapun tetap jatuh. Concorde hebat, tapi berapa yang jatuh? Jadi jangan bicara jatuh," tutur Ryamizard.
Proyek pembelian jet tempur KFX/IFX sempat ditunda beberapa waktu lalu. Ada kabar yang menyatakan itu dikarenakan 4 komponen pesawat yang akan digunakan Korsel tidak mendapat izin dari Amerika Serikat untuk diberikan kepada Indonesia.
"Masih dikembangkan di Korea. Nanti dituntaskan semua, tidak akan masalah," tegas mantan KSAD itu.
Dalam kerja sama Indonesia dengan Korsel itu, akan dibuat 5 prototipe yang awalnya akan dibuat di Korsel. Kemudian selanjutnya akan diproduksi di Indonesia dengan PT Dirgantara Indonesia (DI) sebagai pihak pembuatnya.
Lalu apakah akan ada komponen pesawat buatan Indonesia yang akan digunakan untuk KFX/IFX?
"Banyak, sesuai UU Pertahanan. Pesawat ketiga yang dibuat di sini pasti akan banyak gunakan komponen dalam negeri. Kami sudah ada pemasaran. Nanti akan dijual ke negara lain. Makanya kita buat, nanti jual sendiri," ucap Ryamizard menjawab.
Jenderal purnawirawan ini menyebut untuk pembuatan prototipe ketiga akan di buat di Indonesia. Awalnya Indonesia akan mendatangkan sumber daya manusia ke Korsel sebagai bagian dari transfer of technology.
"Infrastruktur di sini sudah siap. Satu-dua di sana, pembuatan pesawat ketiga di sini, 80 persen orang kita," tukasnya.
Sementara itu, Dirut PT DI Budi Santoso menyebut Indonesia akan mengirim sekitar 200-300 orang untuk belajar ke Korsel dalam proyek ini. Ini dilakukan hingga tahun 2019.
"Sampai 2018-2019, 3-4 tahun lah, jadi mereka ikut program development, nanti mereka kembali ke sini produksi dan mulai development berikutnya. Karena pesawat tempur itu updatingnya," terang Budi di lokasi yang sama.
PT DI sendiri bertugas sebagai pihak yang melakukan development dalam proyek KFX/IFX. Dalam kerja sama ini, Indonesia memiliki porsi sebanyak 20 persen dalam proses produksi.
"Jadi komponen-komponen dari pesawat tempur itu ikut semuanya. Kemudian kalau untuk porduksi kita 20 persen sharenya. Baik yang untuk Indonesia atau nanti dijual ke negara lain. Yang penting meski kita hanya punya share 20 persen dari development, tapi semua knowledge untuk pesawat ini 100 persen, transfer teknologi semua kita tahu," paparnya.
Untuk sharing 20 persen ini, PT DI sedang bernegoisasi dengan Korsel. Di mana untuk Korsel, development jet tempur generasi 4.5 ini diserahkan kepada Korea Aerospace Industries (KAI) Ltd. Dalam kerja sama tahap II hadir CEO KAI, Ha Sung Yong dan Menhan Republik Korea, Chang Myoungjin.
"Kita lagi negoisiasi, contohnya sayapnya sebelah mana, kiri atau kanan. Banyak juga kalau buat pesawat itu sharing, sayap kiri buatan mana, satu sayap buatan mana, itu komponen pembagiannya," ujar Budi.
"Untuk itu 1-2 tahun pertama supaya belajar teknologi dan belajar culture development Korea, karena kita lihat korea salah satu negara yang developmentnya paling maju, bukan hanya pesawat terbang," pungkasnya. (Detik)
Strategi Militer Indonesia - Menyuguhkan informasi terbaru seputar pertahanan dan keamanan Indonesia
Cari Artikel di Blog Ini
Jumat, 08 Januari 2016
Pembuatan Prototype Pesawat Tempur IFX ke Tiga dilakukan di Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Berita Populer
-
by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014 Mengintai Jendela Tetangga: LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM Sejatinya, hari ini adalah...
-
TNI AL terus berbenah memperbaiki armada kapal perang mereka agar semakin disegani dan berwibawa. TNI AL harus memutar otak di tengah keterb...
-
Dogfight adalah bentuk pertempuran antara pesawat tempur, khususnya manuver pertempuran pada jarak pendek secara visual. Dogfighting perta...
-
Kapal berteknologi tercanggih TNI AL saat ini, KRI Klewang-625, terbakar di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur. Hingga berita i...
-
Pengakuan soal ketangguhan Tentara Nasional Indonesia di hadapan militer dunia lainnya seakan tak habis-habis. Setelah kisah Kopaska AL ata...
-
Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri ...
-
PT Pindad (Persero) telah mampu memproduksi produk militer kelas dunia. Mengadopsi teknologi dan ilmu dari Eropa dan NATO (North Atlantic T...
-
Oleh : Prayitno Ramelan, Air Vice Marshal (Ret) Dasar pemikiran strategis dari Pimpinan TNI, khususnya TNI AU serta Kemenhan untuk memodern...
-
Masih ingat dengan drone combatan yang tengah dirancang Indonesia? Ya siapalagi kalo bukan Drone Medium Altitude Long Endurance Black Eagle....
-
Sistem pertahanan Indonesia diciptakan agar menjamin tegaknya NKRI, dengan konsep Strategi Pertahanan Berlapis. SISTEM Pertahanan Indonesi...
yang terpeting anggaran tidak kurang pada jaman sby hampir 200 triliun anggaran buat kemenha , maka dari sekarang menikmati panen nya pesawat tempur di tahun lalu, bila sekarang panen kembali berati jaman sekarang lebih bagus,
BalasHapus